Total Tayangan Halaman
Senin, 18 Juni 2012
Kreativitas dan Keberbakatan minggu ke 8
Coleman (1985 dalam Hawadi 2002) membedakan antara konsep gifted dengan jenius, sementara pada umumnya antara gifted dan genius tidak dibedakan. menurut Coleman seorang gifted belum tentu genius, karena kelompok ini dinilai belum memberikan kontribusi unik pada lingkungannya dalam kurun waktu tertentu. tetapi seorang yang genius adalah pasti seorang gifted.
keberbakatan merujuk kepada kemampuan intelektual yang tinggi dan tercermin dalama IQ yang tinggi.kemampuan yang tinggi tersebut oleh beberapa ahli disebut gifted dan beberapa ahli lain menyebutnya genius. Ada pula yang menyebutnya superior dan bright. Semuanya mempersepsikan keberbakatan hanya dari satu kemampuan saja yaitu kemampuan intelektual. Pandangan ini dikategorikan pada pendekatan yang menggunakan kriteria tunggal (uni kriteria). Pandangan yang terbaru memersepsikan keberbakatan tidak hanya dari satu segi saja yaitu kemampuan intelektual tetapi juga dari segi lain atau kemampuan-kemampuan lain, misalnya kreativitas, seni, olahraga, dan lain-lain. Pandangan yang terakhir tersebut dikategorikan dalam pendekatan yang menggunakan kriteria majemuk atau multi kriteria. contoh pandangan yang menggunakan pendekatan multi kriteria ini adalah pandangan USOE ( United States Office of Education) dan pandangan Renzulli.
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor (martison, 1974 dalam wibisono, 1985).
Pandangan Renzulli
Konsepsi Renzulli yang terkenal dengan nama "Three Ring Conception" menyatakan bahwa keberbakatan merupakan keterpaduan yang bersinergi antara intelegensi (diatas rata-rata/IQ>120), kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
3 Kriteria keberbakatan menurut Renzulli :
- Kriteria pertama; mempunyai intelegensi tinggi atau IQ di atas rata-rata (>120), yang antara lain ditandai dengan kemampuan daya abstraksi, kemampuan penalaran yang tingig serta kemampuan memecahkan masalah.
- Kriteria kedua: mempunyai kreativitas yang tinggi yang ditandai dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, dan kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antaa unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
- Kriteria ketiga: mempunyai tanggung jawab terhadap tuga yang ditandai dengan ketekunan dan keuletan yang amat tinggi, walaupun mengalami bermacam hambatan dna rintangan, serta menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik.
Layanan pendidikan anak berbakat yang mengalamu perkembangan yang sangat cepat membutuhkan kurikulum berdiferensiasi yaitu kurikulum yang berbeda dengan kurikulum umum (kurikulum nasional). kurikulum umum yang mencangkup berbagai pengalaman belajar secara komperhensif dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu, dengan mengembangkan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu. Sedangkan kurikulum berdeferensiasi bagi anak berbakat terutama mengacu pada penanjakan (eskalasi) kehidupan mental melalui berbagai program yang menumbuhkan kreativitasnya serta mencangkup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi (semiawan, 1997). Untuk itu kurikulum berdeferensiasi terutama diarahkan untuk mengembangkan fungsi belahan otak kanan dengan pengalaman belajar yang dirancang secara khusus agar tujuannya yaitu pengembangan keberbakatan dapar tercapai secara optimal.
Kurikulum berdiferensiasi
kurikulum secara umum mencangkup semua pengalaman yang diperoleh siswa disekolah, dirumah dan dalam masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan anak didik (Utama Mundandar, 1992). Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward, 1980). Satu hal yang tidak boleh dilupakan ialah keberbakatan tidak akan muncul apabila kegiatan belajar terlalu mudah dan tidak mengandung tantangan bagi anak berbakat sehingga kemampuan mereka yang unggul tidak akan tampil (Stanley, dikutip Utami Munandar, 1992).
Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan ialah (Clark, 1983) :
- materi (konten) yang dipercepat atau lebih maju.
- pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur dari bidang materi.
- bekerja dengan konsep dan pemikiran yang abstrak.
- tingkat dan jenis sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi dan keterampilan.
- waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat, dan waktu untuk mendalami suatu topik atau bidang dapat lebih lama.
- menciptakan informasi dan atau produk baru.
- memnidahkan pembelajaran ke bidang-bidang lain yang lebih menantang.
- pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaanm dna apresiasi.
- kemandirian dalam berpikir dan belajar.
Makna dari kurikulum berdiferensiasi
Dengan mendiferensiasi kurikulum, siswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna. hal ini mempunyai dampak terhadap perkembangan intelektual dan kesehatan emosional siswa. Dengan menampilkan informasi, proses dan sumber yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, pintu-pintu akan terbuka dalam alam pikiran mereka yang dapat mengarah ke bidang-bidang interes baru.
kurikulum 1994 menunjang pendiferensiasi kurikulum untuk siswa berbakat melalui pemilihan metode dan cara pembelajaran yang dapat ditentukam sendiri oleh guru/sekolah dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Mata pelajaran yang termasuk muatan lokal memberi peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah. Kegiatan esktra-kulikuler dan pelajaran tambahan dapat dimanfaatkan untuk program pegayaan bagi siswa berbakat.
kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual murid. Makna dari kurikulum berdiferensiasi bagi siswa berbakat ialah menumbuhkan rasa keberhasilan, kepuasan dan tantangan, yang membuat siswa aktif dan tidak merasa bosan di sekolah, dan dengan demikian menghindari underachievement dan atau putus sekolah.
Kemampuan dan kebutuhan yang beragam dari siswa memerlukan kurikulum yang berdiferensiasi. Bagi siswa berbakat, paling tidak empat faktor yang perlu dimodifikasi (maker, 1992) agar mereka memperoleh pembelajaran yang sesuai. Keempat bidang ini ialah ligkungan belajar, konten pembelajaran, proses atau metode pembelajaran, dan proses belajar siswa. Dengan demikian, siswa berbakat menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang memunuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar