Total Tayangan Halaman
Senin, 18 Juni 2012
Kreativitas dan Keberbakatan minggu ke 8
Coleman (1985 dalam Hawadi 2002) membedakan antara konsep gifted dengan jenius, sementara pada umumnya antara gifted dan genius tidak dibedakan. menurut Coleman seorang gifted belum tentu genius, karena kelompok ini dinilai belum memberikan kontribusi unik pada lingkungannya dalam kurun waktu tertentu. tetapi seorang yang genius adalah pasti seorang gifted.
keberbakatan merujuk kepada kemampuan intelektual yang tinggi dan tercermin dalama IQ yang tinggi.kemampuan yang tinggi tersebut oleh beberapa ahli disebut gifted dan beberapa ahli lain menyebutnya genius. Ada pula yang menyebutnya superior dan bright. Semuanya mempersepsikan keberbakatan hanya dari satu kemampuan saja yaitu kemampuan intelektual. Pandangan ini dikategorikan pada pendekatan yang menggunakan kriteria tunggal (uni kriteria). Pandangan yang terbaru memersepsikan keberbakatan tidak hanya dari satu segi saja yaitu kemampuan intelektual tetapi juga dari segi lain atau kemampuan-kemampuan lain, misalnya kreativitas, seni, olahraga, dan lain-lain. Pandangan yang terakhir tersebut dikategorikan dalam pendekatan yang menggunakan kriteria majemuk atau multi kriteria. contoh pandangan yang menggunakan pendekatan multi kriteria ini adalah pandangan USOE ( United States Office of Education) dan pandangan Renzulli.
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor (martison, 1974 dalam wibisono, 1985).
Pandangan Renzulli
Konsepsi Renzulli yang terkenal dengan nama "Three Ring Conception" menyatakan bahwa keberbakatan merupakan keterpaduan yang bersinergi antara intelegensi (diatas rata-rata/IQ>120), kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
3 Kriteria keberbakatan menurut Renzulli :
- Kriteria pertama; mempunyai intelegensi tinggi atau IQ di atas rata-rata (>120), yang antara lain ditandai dengan kemampuan daya abstraksi, kemampuan penalaran yang tingig serta kemampuan memecahkan masalah.
- Kriteria kedua: mempunyai kreativitas yang tinggi yang ditandai dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, dan kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antaa unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
- Kriteria ketiga: mempunyai tanggung jawab terhadap tuga yang ditandai dengan ketekunan dan keuletan yang amat tinggi, walaupun mengalami bermacam hambatan dna rintangan, serta menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik.
Layanan pendidikan anak berbakat yang mengalamu perkembangan yang sangat cepat membutuhkan kurikulum berdiferensiasi yaitu kurikulum yang berbeda dengan kurikulum umum (kurikulum nasional). kurikulum umum yang mencangkup berbagai pengalaman belajar secara komperhensif dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu, dengan mengembangkan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu. Sedangkan kurikulum berdeferensiasi bagi anak berbakat terutama mengacu pada penanjakan (eskalasi) kehidupan mental melalui berbagai program yang menumbuhkan kreativitasnya serta mencangkup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi (semiawan, 1997). Untuk itu kurikulum berdeferensiasi terutama diarahkan untuk mengembangkan fungsi belahan otak kanan dengan pengalaman belajar yang dirancang secara khusus agar tujuannya yaitu pengembangan keberbakatan dapar tercapai secara optimal.
Kurikulum berdiferensiasi
kurikulum secara umum mencangkup semua pengalaman yang diperoleh siswa disekolah, dirumah dan dalam masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan anak didik (Utama Mundandar, 1992). Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa (Ward, 1980). Satu hal yang tidak boleh dilupakan ialah keberbakatan tidak akan muncul apabila kegiatan belajar terlalu mudah dan tidak mengandung tantangan bagi anak berbakat sehingga kemampuan mereka yang unggul tidak akan tampil (Stanley, dikutip Utami Munandar, 1992).
Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan ialah (Clark, 1983) :
- materi (konten) yang dipercepat atau lebih maju.
- pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur dari bidang materi.
- bekerja dengan konsep dan pemikiran yang abstrak.
- tingkat dan jenis sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi dan keterampilan.
- waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat, dan waktu untuk mendalami suatu topik atau bidang dapat lebih lama.
- menciptakan informasi dan atau produk baru.
- memnidahkan pembelajaran ke bidang-bidang lain yang lebih menantang.
- pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaanm dna apresiasi.
- kemandirian dalam berpikir dan belajar.
Makna dari kurikulum berdiferensiasi
Dengan mendiferensiasi kurikulum, siswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna. hal ini mempunyai dampak terhadap perkembangan intelektual dan kesehatan emosional siswa. Dengan menampilkan informasi, proses dan sumber yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, pintu-pintu akan terbuka dalam alam pikiran mereka yang dapat mengarah ke bidang-bidang interes baru.
kurikulum 1994 menunjang pendiferensiasi kurikulum untuk siswa berbakat melalui pemilihan metode dan cara pembelajaran yang dapat ditentukam sendiri oleh guru/sekolah dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Mata pelajaran yang termasuk muatan lokal memberi peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah. Kegiatan esktra-kulikuler dan pelajaran tambahan dapat dimanfaatkan untuk program pegayaan bagi siswa berbakat.
kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual murid. Makna dari kurikulum berdiferensiasi bagi siswa berbakat ialah menumbuhkan rasa keberhasilan, kepuasan dan tantangan, yang membuat siswa aktif dan tidak merasa bosan di sekolah, dan dengan demikian menghindari underachievement dan atau putus sekolah.
Kemampuan dan kebutuhan yang beragam dari siswa memerlukan kurikulum yang berdiferensiasi. Bagi siswa berbakat, paling tidak empat faktor yang perlu dimodifikasi (maker, 1992) agar mereka memperoleh pembelajaran yang sesuai. Keempat bidang ini ialah ligkungan belajar, konten pembelajaran, proses atau metode pembelajaran, dan proses belajar siswa. Dengan demikian, siswa berbakat menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang memunuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru.
Praktikum Psikologi Faal 3 Part 2
2.Percobaan: Keseimbangan
Nama Percobaan : Cara kerja Kedudukan Kepala & Mata Normal, Cara kerja Karnalis Semisirkularis Horizontalis dan Cara kerja Nistagmus.
Nama Subjek Percobaan: Shiervira Ratuismana
Tempat Percobaan: Laboratorium Psikologi
a.Tujuan Percobaan: Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu: memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala; melihat adanya nistagmus.
b.Dasar Teori: Dalam bagian-bagian utama sistem saraf terdapat sistem saraf yang memiliki dua bagian utama yaitu, central nervous sistem (CNS/sistem saraf pusat) yang terletak dibagian tengora dan tulang belakang. terdiri dari dua bagian utama yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan peripheral nervous sistem (PNS/sistem saraf perifer) yang terletak diluar bagian tengkorak dan tulang belakang, yang terdiri dari dua bagian utama yaitu sistem saraf somatis yang mengatur interaksi tubuh dengan lingkungan luar dan memiliki dua macam saraf, yaitu saraf aferen, yang membawa input sensoris dari reseptor diseluruh bagian butuh, seperti kulit, kuping, mata dan sebagainya CNS. dan saraf eferen yang membawa sinyal dari CNS menuju otot-otot.
Lalu ada sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari PNS yang berfungsi mengatur kondisi internal manusia. Sistem saraf otonom ini juga terdiri dari saraf aferen dan eferen. Sistem eferen dalam sistem saraf otonom terdiri dari saraf simpatik yang berfungsi menstimulasi, mengorganisasi dan memobilisasi sumber-sumber energi dalam tubuh untuk menghadapi stimulasi yang menakutkan/tidak menyenangkan dan saraf parasimpatik yang berfungsi untuk menyimpan energi dalam tubuh dan bereaksi dalam menghadapi situasi yang menyenangkan.
Organ reseptor keseimbangan terdiri dari 3 duktus semisirkularis yang saling bertegak lurus, berada dalam kanalis semisirkularis. Sumbu gerak: aktivasi apabila kepala mengangguk, menggeleng dan dimiringkan sehingga telinga menyentuh bahu.
Rambut sel reseptor pada kanalis semisirkularis ditutupi oleh massa gelatinosa, yang dinamakan kupula. Gerakan kepala akan mengerakan kanalis semisirkularis. Cairan yang mengisi duktus cenderung “tertinggal” karena kelembamannya menimbulkan perbedaan tekanan disepanjang kupula – menjadi pelepasan neorutransmitter yang mengaktivasi sel rambut – terjadi pelepasan neurotransmitter yang mengaktivasi ujung sel saraf yang bersinapsis dengan sel rambut. Stimulasi sel rambut hanya terjadi apabila gerakan cairan duktus “tertinggal”oleh gerakan kepala, yaitu pada saat terjadi percepatan (atau perlambatan) gerakan kepala.
Nigtamus adalah pergerakan bola mata karena adanya gerakan yang ditimbulkan oleh gerak badan, gerakan tidak sadar yang bola mata lakukan ketika proses pergerakan itu terjadi. Keseimbangan kondisi internal manusia berlangsung karena input dari saraf eferen dan aferen pada sistem saraf otonom, contohnya: detak jantung akan meningkat apabila mendapat sinyal dari saraf simpatik, sebaliknya bila sinyal dari saraf parasimpatik, maka detak jantung akan menurun.
c.Alat yang digunakan : Sapu tangan besar, tongkat atau batang yang bisa didirikan.
d.Jalannya Percobaan:
1.1 Jalan lurus kedepan, lalu memutar balik badan ke kanan, kepala menengok ke kiri dan kembali berjalan. Kemudian, badan memutar balik kiri, dan kepala menengok ke kanan dan kembali berjalan. Setelah itu, rasakan perubahan yang terjadi.
1.2 Kepala menunduk dan mata tertutup, lalu badan diputar sebanyak 3 kali untuk perempuan dan 5 kali untuk laki-laki. Setelah itu, mata dibuka lalu berjalan dan lakukan sebanyak 2 kali. Kemudian rasakan perubahan yang terjadi.
1.3 Posisi rukuk, tangan kanan memegang telinga sebelah kiri, lalu tangan kiri memegang lutut sebelah kanan (menjadi posisi silang). Lalu badan diputar sebanyak 3 kali untuk perempuan dan 5 kali untuk laki-laki. Setelah itu, rasakan perubahan yang terjadi.
e. Hasil Percobaan:
1.1 Saat membuat badan berputar balik, kepala menjadi agak pusing, posisi berjalan menjadi tidak lurus dan sedikit berpindah posisi.
1.2 Percobaan I
Saat badan diputar sebanyak 3 kali dalam keadaan mata tertutup, kepala agak pusing tapi ketika membuka mata, badan masih bisa mengontrol badan untuk tetap jalan lurus.
Percobaan II
Saat badan diputar sebanyak 3 kali dalam keadaan mata tertutup yang kedua, kepala menjadi bertambah pusing dan sedikit mual sehingga badan tidak terlalu bisa mengontrol untuk dalam posisi berjalan lurus karena pandangan jadi kabur.
1.3 Ketika posisi tangan menyilang dan posisi badan diputar sebanyak 3 kali dalam keadaan mata tertutup, kepala semakin lama semakin pusing, terasa adanya gelombang didalam kepala, dan ketika mata dibuka pandangan menjadi kabur serta mata terasa berat.
f.Hasil Sebenarnya:
1.1 Dalam sikap tubuh biasa, praktikan dapat berjalan lurus atau tidak mengalami kesulitan. Dalam sikap tubuh dengan wajah dibuang ke kanan dan ke kiri, praktikan tidak dapat berjalan lurus, biasanya jalannya ke kiri atau ke kanan.
1.2 Percobaan I
Biasanya praktikan mengalami kesulitan untuk berjalan lurus, itu tandanya normal. Karena cairan endolimph dan cairan perilimph terganggu.
Percobaan II
Tidak mengalami atau tidak terlalu kesulitan untuk berjalan lurus seperti pada percobaan pertama. Karena cairan endolimph dan perilimph normal kembali.
1.3 Biasanya pandangan akan menjadi kabur dan berkunang-kunang dan apa yang dilihat disekitarnya akan menjadi seperti berputar-putar.
g.Kesimpulan:
Dari hasil percobaan yang saya lakukan, pada proses cara kerja keseimbangan sangat dipengaruhi oleh pergerakan yang manusia lakukan. Karena setiap pergerakan manusia dapat merangsang sistem saraf aferen dan saraf eferen pada sistem saraf otonom yang dapat menstimulasi dan memobilisasi energi dalam tubuh untuk menghasilkan gerak pada tubuh. Selain itu, saya juga dapat mengetahui bahwa nigtamus berfungsi untuk mengatur pergerakan bola mata saat terjadi gerakan pada tubuh dan terjadi secara tidak sadar.
h.Daftar Pustaka:
John P.J Pinel.2009.Biopsychology. Terj Biopsikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Puspitawati Ira. 1998. Psikologi Faal. Depok. Gunadarma.
Praktikum Psikologi Faal 3 Part 1
1.Percobaan: Pendengaran (Pengantar Aerotymponal dan Craniotymponal pada pendengaran)
Nama Percobaan: Percobaan Rine, Tempat Sumber Bunyi, Pemeriksaan Ketajaman Suara.
Nama Subjek Percobaan: Shiervira Ratuismana
Tempat Percobaan: Laboratorium Psikologi
a.Tujuan Percobaan: Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada Garputala. Untuk menentukan sumber bunyi dan untuk memeriksa ketajaman pendengaran.
b.Dasar Teori: Telinga sebagai indera pendengaran, memiliki kemampuan yang jauh lebih besar daripada yang dapat dibayangkan. Bunyi adalah vibrasi molekul di udara. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (Hertz). Vibrasi berjalan melalui udara sekitar 1,238 kilometer (743mil) perjam. Hubungan antara dimensi fisik dari bunyi dan persepsi pendengaran yang dilakukan manusia terhadap bunyi yang keras tergantung dari amplitudonya, persepsi terhadap bunyi yang tinggi tergantung dari frekuensinya dan persepsi terhadap kualitas bunyi (timbre) berkaitan dengan kompleksitas vibrasi (Pinel, 1993). Telinga atau organon auditus terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian luar (auris Externa) yang terdiri dari daun telinga, cuping telinga, liang telinga dan gendang telinga (membran thympani).
Lalu bagian tengah (Auris Media) yang terdiri dari Tulang Pukul (milius), Tulang Landasan (Incus) dan Tulang Sanggurdi (Stapes) serta telinga bagian dalam (Auris Interna) yang terdiri dari dua labyrinth, yaitu labyrinth Ossesus (dinding tulang) yang didalamnya terdapat serambi (vestibulum), saluran gelung (canalis semi circular), rumah siput (cochlea) dan Labyrinth Membranicus (dinding membrane) yang didalamnya terdapat sacula, otricula dan tiga buah saluran gelung dan rumah siput yang merupakan bagian yang berhubungan dengan sacula donatricula.
Organon Auditus adalah alat pendengaran yang berfungsi sebagai pengindera bunyi. reseptornya adalah Organum Spirale pada Organum Vestibulo Cochlearis (menjadi mekanoreseptor). Bunyi dapat didengar oleh manusia melalui getaran bunyi . Transmisi getaran bunyi ada dua macam yaitu, Transmisi Hawa (Aerotymponal) yaitu jalannya getaran melalui penghantar hawa dan Transmisi Tulang (Craniotymponal), yaitu jalan getaran melalui penghantar tulang. Penghantar melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaan rine, sedangkan percobaan weber menunjukkan penghantaran bunyi melalui tulang yang diteruskan dengan penghantaran melalui hawa. Pada orang tua, frekuensi tinggi sering tak terdengar karena adanya perkapuran pada bagian basis atau frekuensi tinggi sehingga tidak dapat bergetar. Kelainan ini disebut dengan PRESBYACOSIS.
Ketajaman pendengaran seseorang dapat diketahui dengan alat ZPTH, yaitu suatu alat elektromagnetis yang dibawahnya ada papan logam yang dapat dinaik-turunkan. Menurut teori gelombang, bila ada getaran pada membrane thympani, maka akan diteruskan oleh endolymbphe melalui skala vestibuli dan skala thympani sehingga terdapat aliran bolak balikyang menyebabkan membrane basdakus bergetar. Jika nada tinggi, getaran ada pada serabut pendek; bila nada rendah, getaran akan terjadi pada serabut panjang.
c.Alat yang digunakan: Garputala, pipa karet, stopwatch, meteran.
d.Jalannya Percobaan:
1.1 Percobaan I
Pegang bagian gagang garputala, lalu diketukan ke kursi. Kemudian, garputala diletakan ke atas kepala sampai getarannya hilang. Setelah getarannya menghilang, garputala diletakan di posisi depan lubang telinga. Lalu rasakan perubahan yang terjadi.
Percobaan II
Pegang bagian gagang garputala, lalu diketukan ke kursi. Kemudian, garputala diletakan diposisi bagian belakang telinga. Setelah getarannya menghilang, garputala diletakan di posisi depan lubang telinga. Lalu rasakan perubahan yang terjadi.
1.2 Letakan atau tempelkan pipa karet ke bagian lubang telinga. Lalu penguji memberikan tes suara dengan menekan-nekan pipa kerat ke berbagai bagian arah, untuk mengetahui bsumber bunyi yang dihasilkan berada pada posisi apa. Misalnya, penguji menekan pipa karet dibagian kanan, lalu praktikan mendengar datangnya suara dari posisi mana? Apa dari sebelah kanan, kiri atau tengah.
1.3 Penguji memberikan suara yang berasal dari stopwatch, lalu praktikan mendengarkan suara stopwatch sambil menutup salah satu bagian telinga. Kemudian, praktikan mendengarkan suara stopwatch sampai suaranya hilang dan mengatakan stop. Setelah itu, penguji mengukur panjangnya jarak praktikan dan stopwatch dengan meteran.
Hasil Percobaan:
1.1 Percobaan I
Ketika garputala diketukan ke kursi, ada getaran yang timbul dari garputala. Setelah diletakan di bagian depan lubang telinga terdapat suara dengungan yang sangat jelas.
Percobaan II
Ketika garputala diketukan ke kursi, ada getaran yang timbul dari garputala. Setelah diletakan di bagian telinga seperti ada suara bising, namun setelah diletakan di depan lubang telinga suara yang ditimbulkan tadi sudah mulai tidak terdengar lagi bahkan menghilang.
1.2 Hasil percobaan (benar)
- Posisi bagian kiri
- Posisi bagian kanan
- Posisi bagian tengah
Hasil Percobaan (salah)
- Kanan
- Kanan
- Kanan
1.3 Hasil percobaan
- Telinga sebelah kiri : 43 cm.
- Telinga sebelah kanan : 30 cm.
f.Hasil Sebenarnya:
1.1 Suara nada garputala yang sudah tidak terdengar ketika ditempatkan dipuncak (kepala), masih tetap terdengar ketika garputala itu ditempatkan di lubang telinga. Suara nada garputala yang sudah tidak terdengar ketika ditempatkan dibelakang telinga masih dapat terdengar ketika garputala itu ditempatkan dilubang telinga (bagian depan).
1.2 Jika masih bisa membedakan kanan atau kiri berarti normal. Membedakan bagian tengah memang cukup sulit.
1.3 Sangat dipengaruhi oleh kebisingan. Pada umumnya ukurannya 50 cm. Biasanya telinga kanan lebih jauh daripada telinga kiri dan berpengaruh pada otak kiri dan otak kanan.
g.Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang saya lakukan, dapat diketahui pendengaran dapat mempengaruhi cara kerja bagian otak kanan dan otak kiri manusia. Serta mengetahui berbagai bagian dalam telinga, cara kerja telinga untuk mendengar dan mengetahui efek dari cairan endolimph dan perilimph yang terdapat didalam labirin pada telinga ketika badan digerakan. Selain itu, saya juga dapat mempraktikan bagaimana cara untuk mengetahui ketajaman pendengaran pada manusia dengan alat-alat yang mudah ditemukan sehari-hari, contohnya saja jam atau stopwatch dan lain-lainnya.
h.Daftar Pustaka:
John P.J Pinel.2009.Biopsychology. Terj. Biopsikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Puspitawati Ira. 1998. Psikologi Faal.
Depok. Gunadarma.
Praktikum Psikologi Faal 2 part 2
2.Percobaan: Indera Pengecap
Nama Percobaan: Merasakan berbagai macam rasa
Nama Subjek Percobaan: Shiervira Ratuismana
Tempat Percobaan: Laboratorium Psikologi
a.Tujuan Percobaan: Memahami dan mengetahui bahwa lidah merupakan alat pengecap rasa serta membuat peta rasa.
b.Dasar Teori: Pengecapan disebut juga indera kimiawi (chemical sense) karena rangsangannya terdiri dari bermacam-macam bahan kimia. Pada permukaan lidah terdapat permukaan penerima yang disebut pucuk pengecapan, untuk 4 macam citarasa dasar: manis, asin, asam, dan pahit. Secara kimiawi cita manis, pahit dan umami memiliki kemiripan yang sama (He et al. 2004).
Fungsi pucuk pengecapan adalah melakukan transduksi yaitu mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf. Pucuk pengecapan berada di lingkungan yang relatif beracun, penuh bakteri, penuh ludah dan terus-menerus merasakan panas, dingin dan pedas. Akibatnya pucuk pengecapan lama-kelamaan menjadi usang dan harus diganti sekitar 20 kali setiap hari dengan yang baru. Lidah manusia memiliki maksimal 10.000 pucuk pengecapan dan sedikitnya 500 pucuk pengecapan yang secara konstan selalu ada (Goldstain, 2002 dalam Plotnik, 2005:106). Lidah merupakan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu percernaan makanan dengan mengunyah dan menelan (Doty, 2001 dalam Plotnik 2005:107). Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan berbicara. Pengecapan dimulai dari proses pada parit dipermukaan lidah kita.
c.Alat yang digunakan : Cotton, 1-6 larutan perasa (manis, asin, pahit, pedas), sapu tangan atau handuk kecil, gelas.
d.Jalannya Percobaan : Ambil cottonbud, 1 cottonbud untuk mengecap 1 larutan. Subjek percobaan menebak 8 gelas yang berisi cairan, kemudian subjek percobaan melakukan uji coba rasa yang ada pada setiap gelas.
e.Hasil Percobaan: Gelas 1 (tidak ada rasa), gelas 2 (asin), gelas 3 (asam), gelas 4 (mint), gelas 5 (asin), gelas 6 (asam), gelas 7 (pedas), gelas 8 (pahit).
f.Hasil sebenarnya: Gelas 1 (manis), gelas 2 (asin), gelas 3 (asam), gelas 4 (pedas-manis), gelas 5 (pedas-asin), gelas 6 (pedas-asam), gelas 7 (pedas-pahit), gelas 8 (pahit).
g.Kesimpulan: Dari hasil percobaan yang saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan indera pengecapan ini kita dapat mengetahui bagaimana proses kerja lidah dan fungsi lidah itu sendiri sebagai alat pengecap serta kita juga dapat mengetahui berbagai macam rasa yang ada yaitu rasa manis, asin, asam dan pedas dan macam-macam variasi rasa itu sendiri seperti pedas-asam, pedas-pahit dan lain sebagainya.
h.Daftar Pustaka:
John P.J Pinel.2009.Biopsychology. Terj, Biopsikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Puspitawati Ira. 1998. Psikologi Faal. Depok. Gunadarma.
Praktikum Psikologi Faal 2 part 1
1.Percobaan : Indera Penciuman (Pembau)
Nama Percobaan : 1.1 Percobaan Indera Pembau dan Membedakan wewangian
Nama Subjek Percobaan : Shiervira Ratu Ismana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi
a.Tujuan Percobaan: Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian mulai dari bau yang enak sampai bau yang tidak enak.
b.Dasar Teori: Dalam rongga hidung terdapat indera pembau. Apabila kita menghirup udara melalui hidung (bernafas) indera pembau akan bekerja. Dengan adanya indera ini kita dapat mengidentifikasi tempat yang tidak sehat.
Dari sudut evolusi, penciuman merupakan indera yang paling primitif dan paling penting serta penciuman mempunyai jalur yang lebih langsung ke otak dari pada ke indera-indera lain. Kita dapat merasakan selera, apabila kita mengombinasikan sensasi pengecapan dan pembau (Plotnik, 2005: 106).
Penciuman disebut suatu indera kimia, karena menerima rangsangan kimia yang dibawa oleh udara. Pada bagian atas hidung mempunyai area sempit yang berisi sel penerima rangsangan penciuman.
Fungsi penciuman adalah melakukan transduksi mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf. Saat kita menghirup, sebagian kecil udara yang masuk ke hidung mencapai permukaan atas saluran pernafasan, dimana penerima penciuman berada. Orang akan kehilangan penciuman jika virus atau radang dapat merusak penerima penciuman, atau suatu pukulan ke kepala merusak susunan sistem saraf yang mengirim rangsangan ke otak (Bartoshuk S. Beauchamp 1994 dalam Plotnik, 2005:107).
c. Alat yang digunakan: Tempat pembakaran kemenyan, hio,
dupa, sebutir kemenyan, obat nyamuk bakar, dan beberapa macam wewangian (lebih dari 5), wadah kecil, korek api, lilin.
d.Jalannya Percobaan:
1.1 Cium aroma hio, kemenyan, dupa, obat nyamuk bakar sebelum di bakar dan sesudah di bakar.
1.2 Cium aroma wewangian pada kelima wadah yang berisikan 5 macam wewangian.
e.Hasil Percobaan:
1.1 Sebelum dibakar
- Hio : sebelum dibakar, bau hio sudah menyengat.
- Dupa : sebelum dibakar, bau dupa belum terlalu menyengat.
- Obat nyamuk : sebelum dibakar, bau obat nyamuk belum terlalu menyengat.
Sesudah dibakar
- Hio : sesudah dibakar, baunya yang ditimbulkan semakin menyengat
- Dupa : sesudah dibakar, baunya langsung menyengat.
- Obat nyamuk : sesudah dibakar, wanginya seperti arang.
1.2 Wadah 1 (bedak mawar), wadah 2 (stroberi), wadah 3 (bedak bayi), wadah 4 (melati), wadah 5 (aroma aqua)
f. Hasil Sebenarnya:
1.1 Kemenyan, hio, dupa dan obat
nyamuk lebih kuat baunya ketika sudah dibakar. Karena choncanasal superior hanya menerima rangsang benda benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
1.2 Wadah 1 (mawar), wadah 2 (stroberi), wadah 3 (clude/bedak bayi), wadah 4 (lavender), wadah 5 (pisang).
g.Catatan: Biasanya dalam hal mengingat bau, wanita lebih peka. Proposisinya dari lima macam wewangian, untuk wanita 5 dan pria 3. Hal ini disebabkan karena pada wanita ruang dalam menerima gas (choncanasal superior) lebih luas. Semakin wanginya, maka semakin mudah dikenal. Semakin lembut wanginya, maka semakin sulit dikenal.
h.Kesimpulan: Dari hasil percobaan yang saya lakukan, disini dapat saya simpulkan bahwa percobaan indera pembau kita dapat mengetahui cara kerja serta fungsi hidung sebagai alat indera pembau, serta kita dapat mengetahui kepekaan indera pembau kita terhadap bau yang ada disekitar kita. Kita juga dapat mengetahui dan membedakan mana saja bau yang pekat, dan mana saja yang netral dengan lingkungan dan udara disekitar kita.
i.Daftar Pustaka:
John P.J Pinel.2009.Biopsychology. Terj Biopsikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Puspitawati Ira. 1998. Psikologi Faal. Depok. Gunadarma.
Praktikum psikologi faal 1
1.Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan:
: 1.Perasaan pada kulit
: 1.1 percobaan 3 baskom plastik
: 1.2 Perbandingan dingin
: 2 Lokalisasi Taktil
: 3. Daya membedakan sifat benda
: 3.1 Kekasaran permukaan
: 3.2 Berbagai bentuk benda
: 4 Gerak Refleks
Nama Subjek Percobaan: Shiervira Ratu Ismana
Tempat Percobaan: Laboratorium Psikologi Faal
Tujuan Percobaan:
1. Perasaan pada kulit
Untuk mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit, sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor
2. Lokalisasi Taktil
Memahami serta mengetahui kepekaan saraf peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukan keberbagai tempat: serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localization).
3. Daya membedakan sifat benda
Untuk membuktikan kepekaan saraf terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda, serta mengetahui berbagai macam bentuk-bentuk benda (Streognostik).
4. Gerak Refleks
Untuk mengetahui adanya gerakan-gerakan refleks pada otot
Dasar Teori:
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.
Pada bibir, ujung jari, ujung lidah dan alat kelamin terdapat banyak sekali reseptor dengan serabut saraf sensorik. Dengan demikian, ujung jari dapat membedakan dua titik rangsangan bahkan bila jarak kedua titik 1 mm. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing titk rangsangan akan mengenai reseptor pada neuron yang berbeda sehingga otak dapat membedakan dua titik rangsang tersebut.
Sensasi-sensasi dari badan kita disebut somatosensations (somato sensasi). Sistem yang memediasi sensasi badaniah –sistem somatosensori- pada kenyataannya adalah tiga sistem yang terpisah tetapi saling berinteraksi, yakni:
1. Sebuah sistem ekstroresesif, yang mengindera stimuli eksternal yang diterapkan pada kulit.
2. Sebuah sistem proprioseptif, yang memonitor informasi tentang tubuh yang datang dari reseptor-reseptor diotot, sendi, dan organ-organ keseimbangan.
3. Sebuah sistem interoseptif, yang memberikan informasi umum tentang kondisi-kondisi dalam tubuh (misalnya, temperatur dan tekanan darah)
Indra perabaan bukanlah indera tunggal tetapi biasanya terdiri dari empat hal, yaitu peraba (pressure), rasa sakit (pain), panas dan dingin. Disamping itu, indera peraba tidak terbatas pada permukaan kulit dengan resptornya, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan.
Kulit berfungsi memberikan informasi tentang kualitas lingkungan. Oleh karena itu, kulit mempunyai bagian reseptor yang terdapat pada titik-titik permukaan kulit, yaitu titik-titik tekanan, nyeri, panas dan dingin. Titik-titik nyeri adalah yang terbesar jumlahnya, lalu titik-titik tekanan, dingin, dan panas. Pada seluruh tubuh pada bagian-bagian yang peka (ada banyak reseptor).
Kepekaan terhadap orientasi dan keseimbangan terdapat pada indera kinestesis yang berarti “kepekaan terhadap gerak”. Ada dua sistem kinesitesis, yaitu: sistem vesbuler dan sistem rabaan. Sistem vesbuler peka terhadap gravitasi, akselerasi, dan deselerasi, serta gerakan berputar. Sistem rabaan peka terhadap kualitas permukaan sekitar kita, letak anggota badan dan tegangan otot.
Organon Tactus adalah alat yang berkaitan dengan indera peraba. Organon tactus meliputi kulit dan alat-alat tambahan. Kulit adalah pelindung terhadap luar, sebagai penghalang dari kerusakan dan kuman. Kulit juga membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan mengatur suhu badan. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu:
- Cutis, terdiri dari epidermis dan corium.
- Subcutis, mengandung banyak lemak terdiri dari stratum corneum dan stratum gemanaticum.
Kemampuan sensori taktil dikategorikan dalam dua hal yaitu diskriminasi intensitas dan diskriminasi spasial. Diskriminasi intensitas (misal sensitivitas) merujuk kepada kemampuan menilai kekuatan simulus; diskriminasi spasial merupakan kemampuan membedakan lokasi atau titik asal rangsang. Basis saraf dari sensitivitas membedakan taktil terletak pada jumlah cabang sensori dan unit sensori pada setiap area di kulit.
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan). berdasarkan cepat-lambatnya adaptasi, reseptor dibaginya menjadi
- reseptor phasik : cepat beradaptasi (misalnya sentuhan)
- reseptor tonik : lambat beradaptasi (misalnya spidel otot serta organ untuk dingin dan nyeria).
Reseptor kulit dan hantaran impuls di saraf perifer.
Kulit berfungsi sebagai:
- Mekanoreseptor, berkaitan dengan indera raba, tekanan, getaran, dan kinestesi.
- Thermoresptor, berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas dan dingin.
- Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi tubuh.
Modalitet peraba bagi tubuh adalah takil, sakit atau nyeri, panas, dingin dan tekanan. Reseptor taktil dan sakit adalah corpuscullus tactus dan meissner. Reseptor panas adalah corpuscullus ruffini (didekat subcitus dan corium), reseptor dingin adalah corpullus bulbo ideakrauso ( didekat subcutis dan corium). Reseptor tekanan adalah corpuscullus lamellosum paccini yang terletak di subcutis.
Impuls panas dan dingin dihantarkan melalui tractus spino thalamicus lateralis, berhubungan dengan asalnya, rangsang-rangsang taktus dibedakan atas :
- Rangsang eksteroseptif, yaitu rangsang yang diterima dari luar, misalnya rangsang dari kulit.
- Rangsang proprioseptif, yaitu rangsang yang ditimbulkan oleh suatu alat dan diterima oleh otot sendiri, bagian visceral.
- Rangsang introseptif, yaitu rangsang yang datang dari dalam tubuh, misalnya rangsang yang diterima oleh usus.
- Rangsang kinestesi, yaitu gerakan-gerakan dan ketegangan-ketegangan dari berbagai bagian tubuh dan otot. Rangsang ini terdapat pada persedian dan otot.
1.PERASAAN PADA KULIT
Alat yang digunakan:
1.1 Percobaan 3 baskom plastik
- 2 baskom berwarna biru
- 1 baskom berwarna merah
- Air hangat
- Air dingin
- Air netral
-Tissu
1.2 Perbandingan dingin
- Gelas plastik
- Air
- Sendok
- Aseton
- Tissu
Jalannya Percobaan:
1.1 Percobaan 3 baskom plastik
- Siapkan 3 baskom berisikan air hangat, air dingin dan air netral.
- Masukan kedua tangan kedalam baskom A yang berisikan air hangat dan baskom B yang berisikan air dingin secara bersamaan. Lalu diamkan selama 15 detik.
- Setelah itu, masukan tangan yang sudah direndam air hangat dan air dingin tadi ke dalam baskom C yang berisikan air netral.
- Kemudian rasakan perbedaan/ perubahan yang terjadi dari kedua tangan.
1.2 Perbandingan dingin
- Tiup bagian punggung tangan, rasakan perubahan pertama yang terjadi.
- Tuangkan 1 tetes air dibagian punggung tangan lalu ditiup dan rasakan perubahan kedua yang terjadi.
- Tuangkan 1 tetes aseton dibagian punggung tangan lalu ditiup dan rasakan perubahan ketiga yang terjadi.
Hasil Percobaan
1.1 Percobaan 3 baskom plastik
Tangan kanan (air hangat)
Tangan terasa seperti adan partikel-partikel dalam air hangat yang naik punggung tangan, sehingga bulu halus yang terdapat di punggung tangan seperti terangkat saat keadaan posisi tangan didalam baskom yang berisi air hangat. Namun saat keadaan tangan kembali ke kondisi semula (sesudah merendam tangan), tangan menjadi terasa dingin dan memerah.
Tangan kiri (air dingin)
Tangan seperti adanya partikel-partikel dingin yang naik ke punggung tangan. Sehingga tangan seperti membeku saat tangan direndam didalam baskom berisi air dingin. Namun saat keadaan tangan kembali ke kondisi semula, tangan menjadi berkeringat dan mengeluarkan air.
1.2 Perbandingan dingin
- Proses pertama pada bagian punggung tangan timbul perasaan merinding karena dingin setelah habis ditiup.
- Proses kedua (menggunakan 1 tetes air) pada bagian punggung tangan menjadi dingin karena udara yang ditiupkan.
- Proses ketiga (menggunakan 1 tetes aseton) pada bagian punggung tangan menjadi lebih dingin seperti diletakannya es batu di atas punggung tangan.
Hasil Sebernarnya:
1.1 Percobaan 3 baskom plastik
- Biasanya setelah dimasukan ke dalam baskom C tangan kanan terasa dingin, tangan kiri menjadi terasa hangat.
- Kulit sebagai thermoreseptor-mendeteksi panas dan dingin.
- Tangan kanan terasa dingin karena adanya pengurangan kalor-panas ke hangat.
- Tangan kiri terasa hangat karena adanya penambahan kalor-dingin ke hangat.
1.2 Perbandingan dingin
- Air lebih dingin dari pada ditiup.
- Aseton lebih dingin daripada air.
- Ada reseptor dingin pada kulit-reseptor and krause.
- Aseton memiliki titik didih yang rendah sehingga mengenai kulit aseton akan langsung menguap.
Notes : sehabis meneteskan aseton ke punggung tangan, botol aseton harus segera ditutup. Karena akan terjadi pengupan (cair-gas).
Kesimpulan:
Dari hasil percobaan yang saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa kulit manusia memiliki kepekaan yang tinggi. Dapat dilihat dari percobaan diatas bahwa kulit memiliki thermoreseptor untuk mendeteksi suhu (panas dan dingin). Selain itu, kulit juga berfungsi untuk memberikan informasi umum tentang kondisi-kondisi dalam tubuh (misalnya, temperatur dan tekanan darah).
2.LOKALISASI TAKTIL
Alat yang digunakan:
- Spidol/ pulpen
- Penggaris
Jalannya Percobaan:
- Subyek percobaan menutup mata, sambil memegang spidol/pulpen.
- Subyek percobaan mengikuti rangsangan yang dibuat oleh penguji. (misalnya memberi titik pada punggung dengan menggunakan spidol/pulpen).
- Terus dilakukan sebanyak 3x dan mengukur jarak yang dihasilkan.
Hasil Percobaan:
- Pada proses pertama menghasilkan jarak 0,9 cm
- Pada proses kedua menghasilkan jarak 0,3 cm
- Pada proses ketiga menghasilkan jarak 0,8 cm
Hasil Sebenarnya:
- Bila jarak kurang dari 5 cm, saraf peraba berarti dalam kondisi baik.
- Bila jarak lebih dari 5 cm, saraf peraba berarti dalam kondisi kurang baik.
- TPL (two point localization) lebih peka pada bagian yang menonjol seperti hidung, mata, bibir, ujung jari, telinga dll.
Kesimpulan:
Dari hasil percobaan yang saya lakukan, dapat saya simpulkan disini bahwa pada percobaan ini rangsangan sangat mempengaruhi dalam gerak refleks pada manusia. Jika seseorang menerima rangsangan, maka dengan sigap orang tersebut akan memberi gerak refleks dengan cepat. Contohnya saja, saat seseorang dikejutkan, gerak refleks yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, contoh memukul balik, melompat dll.
3.DAYA MEMBEDAKAN SIFAT BENDA
Alat yang digunakan:
3.1 Kekasaran permukaan
- Menggunakan lima macam kain.
3.2 Berbagai bentuk benda
- Benda berbentuk huruf
- Benda berbentuk angka
- Benda berbentuk balok
- Benda berbentuk hewan
Jalannya Percobaan:
3.1 Kekasaran permukaan
- Subyek percobaan menutup mata
- Subyek percobaan diberikan 5 macam kain
- Subyek percobaan meraba dengan ujung jari
- Subyek percobaan diminta mengurutkan kain yang halus sampai kain yang kasar.
3.2 Berbagai bentuk benda
- Subyek percobaan menutup mata
- Subyek percobaan diberikan 1 benda untuk ditebak bentuknya.
- Penguji menayakan jawaban benda yang ditebak kepada subyek percobaan.
- Lakukan hal yang sama sebanyak 5x.
Hasil Percobaan:
3.1 kekerasan permukaan
• Urutan kain dari yang paling halus – kasar. (hasil yang benar)
- Kain berwarna putih
- Kain berwarna pink
- Kain berwarna biru tua
- Kain berwarna peach
- Kain berwarna hijau
• Urutan kain dari yang paling halus – kasar (subyek percobaan)
- Kain berwarna pink
- Kain berwarna putih
- Kain berwarna biru tua
- Kain berwarna hijau
- Kain berwarna peach
3.2 Berbagai bentuk benda
Subyek percobaan berhasil menjawab semua bentuk huruf S, Q, G. Bentuk hewan jerapah dan bentuk bulat yang diberikan penguji dengan mata tertutup.
Hasil sebenarnya:
3.1 Kekasaran permukaan
- Tidak memiliki hasil yang sebenarnya
- Hasil sebenarnya dapat dilihat dari kemampuan subyek percobaan dalam membedakan mana kain yang paling halus dan mana kain yang paling kasar.
Notes : ada beberapa faktor yang mempengaruhi indera peraba dalam percobaan ini yaitu, ketersediaan waktu, dan alat peraba (ujung jari) mengalami masalah.
3.2 Berbagai bentuk benda
- Tidak memiliki hasil yang sebenarnya.
- Hasil sebenarnya dapat dilihat dari kemampuan peserta dalam keadaan mata tertutup.
Notes : ada beberapa faktor yang mempengaruhi indera peraba dalam percobaan ini yaitu, kurangnya konsentrasi dan keadaan sekitar yang kurang kondusif.
Kesimpulan:
Dari hasil percobaan yang saya lakukan, dapat saya simpulkan bahwa proses perabaan yang dilakukan dalam percobaan ini memiliki fungsi yang dapat memberitahukan seseorang untuk mengetahui berbagai bentuk benda. Walaupun dengan mata tertutup, namun seseorang dapat merasakan dan mengetahui bentuk benda yang mereka raba.
4.GERAK REFLEKS
Alat yang digunakan:
- Martil refleks dengan bagian depan terbuat dari karet.
- Kursi/ Meja
Jalannya Percobaan:
- Subyek percobaan duduk diatas meja secara rileks
- Kaki dilemaskan
- Penguji meraba tulang yang menojol (bagian lutut dan siku)
- Penguji memukul bagian tulang yang menonjol dengan martil refleks.
- Lihat hasil yang ditunjukan. Bergerak atau tidak?
Hasil Percobaan:
Subyek percobaan awalnya tidak mendapatkan titik refleks, dan tidak terasa tersetrum. karena sebelum melakukan tes, subyek percobaan pernah mengalami kecelakan pada bagian kaki kiri (retak) akibat terjatuh. Tapi setelah dicoba beberapa kali, gerak refleks yang dihasilkan sedikit (bergerak).
Hasil Sebenarnya:
- Lutut yang dipukul dengan martil refleks secara spontan akan bergerak sendiri adanya gerak refleks.
- Namun tidak harus bergerak bisa juga terasa seperti terasa tersetrum.
Kesimpulan:
Dari hasil percobaan yang saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa gerak refleks ditentukan dari seberapa seseorang dapat peka akan berbagai yang ada disekitanya. Kulit disini berperan sebagai monitor informasi tentang tubuh yang datang dari reseptor-reseptor diotot, sendi, dan organ-organ keseimbangan. Misalnya saja, seseorang yang terjatuh dan fungsi gerak refleksnya berkurang karena salah satu ototnya mengalami perubahan paska kecelakaan.
Daftar Pustaka:
P.J Pinel, John. 2009. BIOPSIKOLOGI. Edisi ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Dwi Riyati B.P dkk. 1996. Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Puspitawati Ira. 1998. Psikologi Faal. Jakarta. Gunadarma.
http://ibadurahman-robbani.blogspot.com/2010/11/indera-peraba.html
Langganan:
Postingan (Atom)