Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 Maret 2012

kreativitas dan keberbakatan part 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada zaman globalisasi dan canggih seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk lebih dapat berinovasi dan berkreasi untuk dapat tetap mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan, agar dapat menyesuaikan pada keadaan zaman yang serba instan dan cenderung lebih praktis, dan juga untuk tidak ketinggalan zaman tentunya. Manusia yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan zaman lambat laun akan tenggelam dan terpuruk. Contohnya saja orang yang tidak dapat mengoperasikan komputer akan kesulitan untuk menjalankan program kerjanya yang sudah 90% menggunakan komputer. Ketika ada tenaga baru yang lebih mahir dan lebih pandai untuk mengoperasikan komputer, maka orang yang tidak dapat mengoperasikan komputer akan tergantikan posisinya. Kehilangan pekerjaan bukanlah mimpi lagi. Contoh lainnya adalah persaingan dalam bidang perdagangan.
Seseorang yang tidak dapat mengembangkan dan memperbnyak karyanya dan akan tertinggl dengan pedagang lain yang selalu kreatif dan inovatif dalm menciptakan produk-produk baru yang dapat menarik minat dan perhatian masyarakat. Jika hal ini terjadi, penurunan omset penjualan dan kerugian juga bukanlah mimpi lagi. Gambaran yang sama tampak dalam bidang pendidikan. Perhatian utama terhadap kreativitas dan kesadaran akan pentingnya bagi dunia ilmu pengetahuan datang dari bidang ilmu di luar psikologi. Perusahaan-perusahaan besar sangat mengakui gagasan-gagasan baru yang kreatif dan dapat dipertangungjawabkan kualitasnya. Begitu juga dengan bidang lainnya seperti departemen pemerintahan yang terus mencari bibit-bibit muda yang penuh dengan gagasan-gagasan cemerlang.
Lalu apa artinya kreativitas itu sendiri, bagaimana ciri-ciri orang yang kreatif, dan bagaimana mengembangkan kreativitas dalam diri seseorang sampai saat ini belum menemukan jawaban dan titik terang. Dari berbagai alasan tersebut maka penyusun tertarik untuk membahas dan mengkaji lebih dalam mengenai pengertian kreativitas yang ditinjau dari beberapa sudut pandang.


1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah yang penyusun ambil dalam tulisan ini untuk lebih fokus terhadap apa yang akan dibahas adalah,
1. Apa saja teori tentang produk kreatif?
2. Apa saja model Bassemer dan Treffinger?
3. Apa yang dibahas dalam proses belajar kreatif?
4. Apa isi dari teori treffinger dalam tingkat belajar kreatif?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah,
1. Untuk mengetahui Teori Tentang Produk Kreatif.
2. Untuk mengetahui Model dari Bassemer dan Treffinger
3. Untuk mengetahui Model Penilaian Kreativitas Dalam Mengarang
4. Untuk mengetahui Pengertian Belajar Kreatif
5. Untuk mengetahui Proses Belajar Kreatif
6. Untuk mengetahui Mengapa Belajar Kreatif Itu penting?
7. Untuk mengetahui Tingkat Belajar Kreatif (model Treffinger).

1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah,
1. Dapat menambah wawasan mengenai kreativitas.
2. Mengetahui pandangan para tokoh mengenai proses kreativitas.
3. Mengetahui teori-teori tentang kreativitas.


BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Teori Tentang Produk Kreatif
Pada pribadi kreatif, jika memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang menunjang atau lingkungan yang memberi kesempatan atau peluang untuk bersibuk diri secara kreatif maka diprediksikan bahwa produk kreativitasnya akan muncul.
a. HUKUM PATEN DALAM PENILAIAN PRODUK PENEMUAN
hukum paten AS mempertimabangkan unsur-unsur berikut dalam meberkan hak paten kepada invenstor :
1.kegiatan intelektual yang bermutu mendahului penemuan atau rekaan
2.gagasanya jelas dalam mengatasi masalah atau kesulitan khusus
3.jumlah eksperimentasi yang dilakuakn sebelum mencapai produk baru dianggap penting
4.sejauh mana telah mengalami kegagalan
5.produk harus berguna dan merupakan kemajuan
6.produk terutama dinilai kreatif jika ada orang dalam bidang kegiatan tersebut sebelumnya menujukkan keraguan tentang kemungkinan penemuan baru
7.produk harus memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi

2.2 Model dari Bessemer dan Treffinger
Bessemer dan trefingger menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori :
- kebaruan ( novelty )
- pemecahan ( resolution )
- kerincian ( elaboration )
- sintesis
Masing-masing dari ketiga kategori ini meliputi seluruh atribut. modal ini disebut Creative Product Analysis Matrix

2.3 MODEL PENILAIAN KREATIVITAS DALAM MENGARANG
Bagaimakah membantu guru menilai kekreatifan siswa dalam mnegarang? penulis telah menyusun skema penilaian untuk mengakses kemampuan menulis kreatif siswa SD dan SMP (utami munandar ) skema penilian tersebut meliputi 4 kriteria dari berpikir kreatif : Kelancaran, Kelenturan, Keaslian, dan Kerincian. setiap empat krtieria tersebut terdiri dari lima komponen, dengan demikian ada 20 butir yang dinilai. untuk setiap butir yang memenuhi syarat diberi skor 1 sehingga skor maksimal yang dapat diperoleh ialah 20. penilaian :
•kelancaran didasarkan atas jumlah kata yang digunakan dalam karangan tersebut.
•kelenturan meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelnturan dalam konten atau gagasan
•keaslian : sejauh mana konten atau gaya pemikiran karangan menunjukkan orisinalitas dibandingkan dengan karang yang isi dan gaya penulisannya menunjukkan sterotipe.
•kerincian : kemampuan untuk membumbui atau menghiasi cerita shingga tampak lebih kaya.

Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. ciri yang lebih serius adalah sifatnya yang idealisme, kecenderungan untuk melakukan refleksi, merenungkan peran dan tujuan hidup serta makna atau arti dari keberadaan mereka. lebih cepat menunjukkan perhatian pada masalah orang dewasa. kecenderungan untuk lebih tertarik pada hal yang rumit dan misterius. anak yang kreatif bisa juga, tidak kooperatif, egosentris, terlalu asertif, kurang sopan, acuh tak acuh, keras kepala, emosional, menarik diri, dan menolak dominasi atau otoritas guru.

2.4 Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Belajar didefinisikan sebagai usaha perubahan atau perbaikan perilaku dalam latihan prilaku dengan cara latihan. Walaupun terdapat beberapa kenyataan bahwa perubahan atau perbaikan perilaku bukanlah usaha belajar. Beberapa perubahan prilaku tersebut dapat terjadi karena adanya kematangan, kelelahan, dan bentuk lain yang terjadinya secara berulang-ulang. Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui, asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dijelaskan sebagai kecenderungan respon dasar, kematangan atau proses tubuh organisme yang bersifat sementara.

2.5 Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “jalan kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin(1972), proses belajar adalah any change in any object or organism, particulary a behavioral or psychological change. (proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan). Proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya saja psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka sebagian besar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

2.6 Mengapa belajar kreatif itu penting?
1.Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan dirinya, dan perwujudan atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia ( Maslow )
2.Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan ( Guilford )
3.Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat ( bagi diir pribadi dan bagi lingkungan ) tetapi juga memberikan kepuasaan kepada individu.
4.Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

2.7 3 tingkat belajar kreatif

Model untuk Mendorong Belajar Kreatif Menurut Treffinger (1980)terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu,

Tingkat III
Working with real problems atau teknik kreatif tingkat III. Seseorang menggunakan kemampuan mereka dengan cara yang bermakna untuk hidupnya. Seseorang tidak hanya menggunakan keterampilan dalam berpikirnya tetapi juga menggunakan informasi untuk melengkapinya.
Kognitif
- Pengajuan pertanyaan secara mandiri
- Pengarahan diri
- Pengelolaan sumber
- Pengembangan produk

afektif
- Pemribadian nilai
- Peningkatan diri terhadap hidup produktif
- Menuju perwujudan diri

Tingkat II
Practice with proses atau teknik-teknik kreativitas tingkat II. Kemahiran dalam berfikir kreatif menuntut seseorang memiliki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi dan fantasi.
Kognitif
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Evaluasi
- Keterampilan metodologis dan penelitian
- Transpormasi
- Metafor dan analogi

afektif
- Ketebukaan dalam perasaan-perasaan majemuk
- meditasi dan kesantaian
- pengembangan nilai
- keselamatan psikologis dalam berkreasi
- Penggunaan khayalan dan tamsil

Tingkat I
Basic tools atau teknik-teknik kreativitas tingkat I. keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berfikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.
Kognitif
- Kelancaran
- Kelenturan
- Orisinalitas
- Pemerincian
- Pengenalan dan ingatan

Afektif
- rasa ingin tahu
- kesedian untuk menjawab
- keterbukaan akan pengalaman
- keberanian mengambil resiko
- peka terhadap masalah
- Tenggang rasa terhadap kesamaan kedwiartian
- Percaya diri

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan tulisan yang kami buat, kreativitas sebenarbya berawal karena adanya kemauan untuk belajar dalam diri seseorang, sehingga munculnya keinginan untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Oleh sebab itu proses belajar dalam setiap materi yang ada sangat dibutuhkan, agar manusia dapat membuat sesuatu yang berguna untuk dirinya sendiri bahkan untuk bahkan untuk orang lain.
3.2 Saran
Ciptakan lingkungan belajar yang kondusif, agar kita dapat menyalurkan semua kegiatan kreatif dengan baik dan dalam mengembangkan potensi kreatif kita dapat menghasilkan karya yang baik.

Daftar Pustaka

http://10107christinsiahaan.blogspot.com/2011/10/pendekatan-4p-dalam-pengembangan.html
Syah, Muhibbin.2009. Psikologi Pendidikan. Bandung. ROSDA
Dr. Heru Basuki, A.M. 2005. Kreativitas, Keberbakatan Intelektual Dan Faktor-Faktor Pendukung Dalam Pengembangannya. Jakarta. Gunadarma.
Munandar Utami, Scu. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. Rineka Cipta.
Ritandiyono. 1998. Psikologi Belajar.Jakarta. Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar