Nama : Shiervira Ratuismana
Npm : 16511745
Kelas : 2PA06
Npm : 16511745
Kelas : 2PA06
Konsep-Konsep Dimensi Kesehatan
A. Definisi
Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari
seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan tingkat fungsional dan atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia. Apa
arti sehat? Sehat sendiri dalam kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti
kondisi seseorang dimana bagian dari diri nya dapat bekerja dengan baik satu
sama lain. Sehat sendiri adalah anugerah yang diberi tuhan kepada manusia
yang tak ternilai harganya, tetapi kita sering tidak menjaga nikmat tuhan tersebut.
Terkadang menforsir badan kita melakukan perkerjaan yang sebenarnya badan kita
mampu lagi melakukannya dan membuat badan kita tidak sehat lagi.
Aspek psikis manusia pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan dengan system biologis. Karena itulah aspek psikis
tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia. Ada beberapa
aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu pengalaman
awal, proses pembelajaran, kebutuhan dan faktor psikologis lain. Kesehatan
mental adalah terhindarnya individu dari simtom-simtom neurosis dan psikosis.
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
dengan orang lain, dan masyarakat di mana ia hidup. Sehat juga bukan hanya
fisik atau jasmani saja, tetapi sehat juga termasuk sehat mental atau rohani
dalam diri manusia itu sendiri. Dan sekarang saya akan menjelaskan konsep sehat
berdasarkan dimensi-dimensinya antara lain dimensi emosi, dimensi intelektual,
dimensi sosial, dimensi fisik, dan dimensi spiritual.
B. Macam-Macam
Dimensi Kesehatan
1. Dimensi
Emosi
Orang yang sehat secara emosi adalah orang yang mampu mengontrol reaksi emosi
atau eksperesinya seperti eksperesi menangis, sedih, bahagia, kacau,
over-sensitive, histeris, depresi, optimis dan mampu mempertanggungjawabkan
ekspresi-ekspresi tersebut dan tidak memperlihatkan ekspresi tersebut secara
berlebihan.
2. Dimensi Intelektual
Orang yang dapat
menyelesaikan masalahnya dengan baik, dengan kepala dingin atau dengan pikiran
yang tenang, dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan memilki nalar
yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
3. Dimensi
Sosial
Orang yang sehat
secara sosial adalah orang yang mampu berinteraksi dengan baik dengan orang
lain, lingkungan sekitarnya, kelompok dan organisasi, dan dapat membangun
hubungan baik dengan sesama dan dapat membangun kerja sama yang baik.
4. Dimensi
Fisik
Orang yang tidak
memiliki penyakit atau mengeluh sakit pada tubuhnya,dan organ organ pada tumbuh
nya normal,dan organ organ pada tubuh nya berfungsi dengan baik.
5. Dimensi
Spiritual
Orang yang sehat
secara spiritual adalah orang yang yang mengikuti ajaran-ajaran agamanya,
menjauhi yang apa yang dilarang agamanya dan bila mempunyai masalah hanya
meminta pertolongan kepada tuhan untuk menyelesaikan masalahnya.
Kesimpulan :
Dari konsep sehat
berdasarkan dimensi dimensinya antara lain dimensi emosi, dimensi intelektual,
dimensi sosial, dimensi fisik dan dimensi spiritual dimensi-dimensi tersebut
memilik satu kesatuan, seseorang yang sehat mental harus mengontrol emosi yang
ada pada diri seseorang. Seseorang yang memilki intelektual yang baik, maka ia
bisa mengontrol emosinya dengan baik dan bisa menmbangun interaksi atau
hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya serta dapat membangun kerja
sama yang baik.
Kesehatan fisik
seseorang juga bisa mempengaruhi emosi, bila seseorang sedang berada dalam
kurang sehat, biasanya ia akan kurang menjaga emosinya. Aspek psikis
manusia pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dengan sistem biologis. Karena
itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat
manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap
kesehatan mental, yaitu pengalaman awal, proses pembelajaran, kebutuhan dan
faktor psikologis lain.
Teori Kepribadian Menurut Para Tokoh-Tokoh
A. Sigmund
Freud
Konsep dari teori Freud yang paling
terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian
besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku
manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan
oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Pengalaman seksual dari Ibu, seperti
menyusui, selanjutnya mengalami perkembangannya atau tersublimasi hingga
memunculkan berbagai prilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma
masyarakat atau norma Ayah. Namun dalam perjalanannya setelah kolega kerjanya
Alferd Adler, mengungkapkan adanya insting mati di dalam diri manusia, walaupun
Freud pada awalnya menolak pernyataan Adler tersebut dengan menyangkalnya
habis-habisan, namun pada akhirnya Freud pun mensejajarkan atau tidak
menunggalkan insting seksual saja yang ada di dalam diri manusia, namun
disandingkan dengan insting mati (Thanatos). Walaupun begitu dia tidak pernah
menyinggung asal teori tersebut sebetulnya dikemukakan oleh Adler awal mulanya.
Tahap-tahap dalam teori perkembangn
kepribadian Sigmund Freud
Freud membagi beberapa fase perkembangan
kepribadian dalam beberapa fase:
No
|
Macam-macam fase
|
Keterangan
|
1.
|
Fase Oral
|
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi
melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting.
Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan
oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap
|
2.
|
Fase Anal
|
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama
dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar.
Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar
untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Menurut Sigmund Freud,
keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan
pelatihan toilet
|
3.
|
Fase
Phalic
|
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah
pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita.
Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai
saingan untuk ibu kasih sayang itu.
|
4.
|
Fase Latent
|
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi
seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran
intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
|
5.
|
Fase Genital
|
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual,
individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam
tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini.
|
Kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yang berinteraksi secara
dinamis. Ketiga elemen itu adalah id,ego,dan super ego.
- Id adalah subsistem
kepribadian yang asli yang dimiliki individu sejak lahir, karna itu biasanya
disebut sebagai subsistem kepribadian yang primitif. Freud berpandangan bahwa
kerja id adalah atas dasar prinsip kenikmatan (pleasure principles). Tempat id ini
pada bagian ketidak sadaran (unconscious) dan secara langsung berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang tanpa disadari.
- Super ego adalah bagian lain dari
struktur kepribadian.lawan dari id, yaitu bagian dari struktur kpribadian yang
di kembangakan dari kebudayaan, nilai-nilai sosial dan proses pendidikan dari
orang tua. Super ego terbentuk karena adanya interaksi dengan lingkungan
sosianya. Super ego selalu berada pada tingkat kesadaran (conscious) dan dapat
pula berada pada ambang sadar (preconsiousness). Terbentuk sejak anak-anak dan
terus berkembang hingga dewasa.
- Ego merupakan bagian dari struktur
kepribadian yang juga penting bagi kepribadian manusia. Ego merupakan mediator
antara dorongan-dorongan biologis yang dating dari id dengan tuntutan moral
dari super ego.prinsip kerja ego adalah realitas. Ego ini mengendalikan
tuntutan instinktif dan pertimbangan moral.
Saat id bekerja, ego mulai berfungsi. Namun tidak semua kebutuhan dan
keinginan dari id dapat langsung di penuhi, ada factor super ego yang berfungsi
sebagai kode moral selalu mengendalikan dorongan dorongan itu. Egolah yang
membuat keputusan terhadap perilaku individu, apakah melakukan sebagaimana
dorongan nya atau menolak dorongannya sejalan dengan super egonya atau kompromi-kompromi
di antara keduanya. Seseorang yang terlalu lemah atau terlalu kuat egonya
di pengaruhi oleh id. Sementara jika terlalu kuat pengaruh superegonya maka
akan cenderung menghalang-halangi pemenuhan keinginan-keinginan instinknya.
Namun jika egonya sangat kuat, maka akan membuat keputusan yang rasional dan
realistic.
Menurut freud ada tiga macam kecemasan yang mungkin terjadi yang kecemasan
neoritik (neurotic anxiety),kecemasan realitas (reality anxiety) dan kecemasan
moral (moral anxiety). Kecemasan neoritik yaitu kecemasan individu akibat
khawatir tidak mengatasi atau menekan keinginan primitifnya. Kecemasan realitas
adalah kecemasan yang terjadi akibat ketakutannya menghadapi realitas dan
kecemasan moral adalah kecemasan akibat rasa bersalah dan ketakutan dihukum
oleh nilai-nilai yang ada pada nalurinya.
Untuk menghindari
kecemasan itu, kemudian individu berusaha menghindarinya. Caranya menggunakan
mekanisme pertahanan diri yaitu represi, proyeksi, reaksi formasi, fiksasi,
regresi, penolakan, rasionalisasi, salah sasaran dan introjeksi. Simtom-simtom
itu dapat berkembang menjadi gangguan bgi individu jika dipertahankan terus
menerus. Lemah ego bgi individu sangat berkaitan dengan pembentukan awal.
Pembentukan awal yang kurang tepat membuat anak tidak dapat memiliki cara
penanganan yang tepat terhadap masaalah yang dihadapi dan dapat berakibat
gangguan mental bagi anak.
B. Erik
H. Erikson
Erikson menjadi terkenal karena upayanya
dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan
manusia berjalan sesuai Prinsip Epigenetik yang
menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap.
Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh
keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya.
Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan
periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun),
pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun),
pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia
50-an dan seterusnya). Masing-masing tahapan juga memiliki tugas perkembangan
sendiri yang bersifat psikologi sosial. Misalnya saja, pada usia bayi
tujuan psikososialnya adalah menumbuhkan harapan dan kepercayaan. Kemudian bila
tujuan ini tak tercapai, maka bayi itu akan lebih didominasi sifat penakut
Tahap-tahap dalam teori perkembangn
kepribadian Erik-Erikson
Krisis Ego
|
TahapanErikson
|
Keterampilan Ego yang diperoleh
|
Usia
|
Rasa Percaya Vs tidak percaya
|
Oral
|
Harapan
|
Bayi
|
Otonomi Vs Rasa malu dan ragu
|
Anak
|
Kemauan
|
Masa kanak-kanak awal
|
Inisiatif Vs Rasa bersalah
|
Phalic
|
Tujuan
|
Masa kanak-kanak awal – menengah
|
Produktif Vs Inferioritas
|
Latensi
|
Kompetensi
|
Masa kanak-kanak menengah akhir
|
Identitas Vs kebingungan peran
|
Genital
|
Kesetiaan
|
Masa remaja
|
Keintiman Vs Kesendirian
|
Tidak Ada
|
Cinta
|
Dewasa muda
|
Generativitas Vs Stagnansi
|
Tidak ada
|
Perhatian
|
Dewasa menengah
|
Integritas Ego Vs Keputusasaan
|
Tidak ada
|
Kebijaksanaan
|
Dewasa akhir
|
No.
|
Krisis Psikologi Sosial
|
Keterangan
|
1.
|
Rasa percaya Vs Rasa tidak percaya
|
Dalam tahap ini, anak (bayi) berusaha untuk
mendapatkan pengasuhan, kehangatan dan ekspresi yang menyenangkan. Jika
berhasil Anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan
mengembangkan asa. Jika terdapat gangguan Membuat sang anak mengembangkan
rasa tidak percaya dan merasa terabaikan.
|
2.
|
Otonomi Vs Rasa malu dan ragu
|
Dalam tahap ini anak akan belajar bahwa dirinya
memiliki kontrol atas tubuhnya tetapi orang tua harus menuntun namun tidak
dengan perlakuan yang kasar. Jika berhasil pada tahap ini, akan menghasilkan
anak yang dapat mengetahui perbedaaan antara benar dan salah, dan
hampir selalu mau dan mampu untuk memilih yang benar. Kontrol berlebih dari
orang tua yang sering memberi hukuman membuat anak mengembangkan perasaan
“saya selalu salah, saya selalu tidak baik, saya tidak tau menjadi sukses dan
berhasil” dalam dirinya.
|
3.
|
Produktif vs Inferioritas
|
Pada tahap ini, akan belajar untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas-khususnya tugas-tugas
akademis.
|
4.
|
Identitas vs Kebingungan Peran
|
Pada tahap ini, remaja bereksperimen dengan berbagai
macam peran yang berbeda sambil mencoba mengintegrasikannya dengan identitas
yang ia dapatkan dari tahap tahapan sebelumnya. Penyelesaian yang sukses pada tahap ini akan menciptakan anak yang
memiliki perasaan akan diri yang jelas dan multifaset-seseorang yang telah
berhasil menyatukan banyak peran menjadi ‘identitas” tunggal dirinya.
Kebingungan identitas-ketidakpastian mengenai kemampuan, asosiasi, dan tujuan
masa depan individu; krisis identitas (identity crisis). Kegagalan
penyelesaian krisis ego ini akan menciptakan individu yang terus memili
krisis identitas-seseorang yang tidak yakin siapa dirinya dan selalu berusaha
keras untuk mencari tahu siapa dirinya.
|
5.
|
Keintiman vs Kesendirian
|
Dalam tahap ini, orang dewasa mudah mempelajari cara
berinteraksi dengan orang lain secara mendalam. Tujuan: mencari hubungan
dengan sesama yang emmiliki banyak kesamaan, khususnya untuk membentuk
hubungan asmara dengan pasangan. Ketidak mampuan untuk membentuk ikatan
sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi
dengan orang lain secara mendalam.
|
6.
|
Generativitas Vs Stagnasi
|
Pada tahap ini, individu menyerahkan dirinya pada
orang lain, Bentuknya membesarkan dan mengasuh anak atau kegiatan sosial.
Idenya adalah memberikan sesuatu pada dunia sebagai balasan dari apa yang
telah dunia berikan pada dirinya. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan
generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan
membosankan.
|
7.
|
Integritas Ego Vs Keputusasaan
|
Pada tahap usia lanjut ini individu memperoleh
kebijaksanaan dari pengalaman-pengalaman hidupnya dan mereka juga dapat
mengingat kembali masa lalu dan melihat makna,ketentraman dan integritas.
|
C. Gordon
W. Allport
Dua ciri teori motivasi dari Allport
adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan
pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan
(intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama
– tama adalah makhluk sadar dan rasional, bukan berdasarkan apa yang
diharapkannya dapat dicapainya, bukan berdasarkan keinginan primitif atau
berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu. Indikator terbaik tentang
apa yang akan dilakukan orang sekarang dan masa yang akan datang adalah intensi
orang itu. Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun sesudah dewasa
terjadi perubahan. Motif yang membimbing tingkah laku dewasa berbeda total
dengan motif yang membimbing tingkah laku bayi.
Sturuktur Kepribadian Gordon W . Allport
No.
|
Macam-macam stuktur
|
Keterengan
|
1.
|
Sifat (Trait)
|
Di dalam kepribadian terdapat sifat dasar yakni :
(Nyata, Berkembang, Fleksibel, Empirik dan Kemandirian yang relatif). Nah
dari 5 sifat dasar ini, terdapat sifat umum dan sifat khusus yang berkembang
pada tiap-tipa sifat dasar.
|
2.
|
Traits-Habit-Atitud
|
Dalam struktur ini, dinyatkan bahwa kepribadian
dapat dibentuk karena sifat dasar, kebiasaan, sikap dalam menghadapi sesuatu,
dan kategori nomotetik.
|
3.
|
Trait dan Konsistensi Pribadi
|
Stuktur ini mengarah pada praktikum stimulus-respon.
dia membagi atas 3 trait didalamnya. yaitu (gregorius=suka
berteman);(shyness=pemalu) dan (self esteem=kepercayaan diri).
|
4.
|
Propium
|
Propium ini adalah struktur yang membahas tentang
perkembangan baik itu dalam emosi, kecakapan individu, kemampuan persepsi dan
tujuan hidup seseorang. Perkembangannya sama dengan perkembangan sigmund
freud, ia membaginya dalam 5 tahap yaitu Oral, Anal, Phalic, Laten
dan Genital.
|
5.
|
Motivasi
|
Kekuatan dari stuktur notivasi dalam pribadi menurut
Gordon allport berbeda dengan yang lain, dimana ia mengatakan bahwa yang
paling menunjang dala motivasi ialah kemampuan kognitif dan perencanaan
hidup. Dari dua hal itu, ia mampu membentuk motivasi dalam dirinya karena ia
telah memiliki kemampuan kognitif dan perencanaan.
|
6.
|
Otonomi Fungsional
|
Otonomi fungsional adalah struktur yang membahas
tentang keanekaragaman pribadi. Kenapa ada yang suka membaca? Kenapa ada yang
suka Melukis? itulah yang disebut dengan keanekaragaman pribadi yang dibagi
dalam dua tingkat otonomi yaitu: Kebiasaan dan Minat.
Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari
keterikatan lingkungan kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang
banyak pemain bola, maka kita akan ikut juga untuk bermain bola,
sedangkan Minat adalah stuktur yang terbentuk dari kesadaran
akan target yang kita inginkan.
|
Daftar Pustaka
Feist J. & Feist J. G. Theory of
personality Seven Edition. McGraw-Hill
Feist J. & Feist J. G. Psikologi
Kepribadian Buku 1. Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar