Total Tayangan Halaman

Selasa, 02 April 2013

Kesehatan Mental


Nama : Shiervira Ratuismana
Npm : 16511745
Kelas : 2PA06
Konsep-Konsep Dimensi Kesehatan

A.        Definisi Kesehatan
                                               
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan tingkat fungsional dan atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia. Apa arti sehat? Sehat sendiri dalam kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti kondisi seseorang dimana bagian dari diri nya dapat bekerja dengan baik satu sama lain. Sehat sendiri adalah anugerah yang diberi tuhan kepada manusia yang tak ternilai harganya, tetapi kita sering tidak menjaga nikmat tuhan tersebut. Terkadang menforsir badan kita melakukan perkerjaan yang sebenarnya badan kita mampu lagi melakukannya dan membuat badan kita tidak sehat lagi.
Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dengan system biologis. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu pengalaman awal, proses pembelajaran, kebutuhan dan faktor psikologis lain. Kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari simtom-simtom neurosis dan psikosis. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat di mana ia hidup. Sehat juga bukan hanya fisik atau jasmani saja, tetapi sehat juga termasuk sehat mental atau rohani dalam diri manusia itu sendiri. Dan sekarang saya akan menjelaskan konsep sehat berdasarkan dimensi-dimensinya antara lain dimensi emosi, dimensi intelektual, dimensi sosial, dimensi fisik, dan dimensi spiritual.

B.      Macam-Macam Dimensi Kesehatan

1.      Dimensi Emosi
            Orang yang sehat secara emosi adalah orang yang mampu mengontrol reaksi emosi atau eksperesinya seperti eksperesi menangis, sedih, bahagia, kacau, over-sensitive, histeris, depresi, optimis dan mampu mempertanggungjawabkan ekspresi-ekspresi tersebut dan tidak memperlihatkan ekspresi tersebut secara berlebihan.
2.   Dimensi Intelektual
     Orang yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, dengan kepala dingin atau dengan pikiran yang tenang, dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
3.      Dimensi Sosial
     Orang yang sehat secara sosial adalah orang yang mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain, lingkungan sekitarnya, kelompok dan organisasi, dan dapat membangun hubungan baik dengan sesama dan dapat membangun kerja sama yang baik.
4.      Dimensi Fisik
     Orang yang tidak memiliki penyakit atau mengeluh sakit pada tubuhnya,dan organ organ pada tumbuh nya normal,dan organ organ pada tubuh nya berfungsi dengan baik.
5.      Dimensi Spiritual
     Orang yang sehat secara spiritual adalah orang yang yang mengikuti ajaran-ajaran agamanya, menjauhi yang apa yang dilarang agamanya dan bila mempunyai masalah hanya meminta pertolongan kepada tuhan untuk menyelesaikan masalahnya.

Kesimpulan :
     Dari konsep sehat berdasarkan dimensi dimensinya antara lain dimensi emosi, dimensi intelektual, dimensi sosial, dimensi fisik dan dimensi spiritual dimensi-dimensi tersebut memilik satu kesatuan, seseorang yang sehat mental harus mengontrol emosi yang ada pada diri seseorang. Seseorang yang memilki intelektual yang baik, maka ia bisa mengontrol emosinya dengan baik dan bisa menmbangun interaksi atau hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya serta dapat membangun kerja sama yang baik.
     Kesehatan fisik seseorang juga bisa mempengaruhi emosi, bila seseorang sedang berada dalam kurang sehat, biasanya ia akan kurang menjaga emosinya. Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dengan sistem biologis. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu pengalaman awal, proses pembelajaran, kebutuhan dan faktor psikologis lain.

Teori Kepribadian Menurut Para Tokoh-Tokoh

A.            Sigmund Freud 
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai prilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Namun dalam perjalanannya setelah kolega kerjanya Alferd Adler, mengungkapkan adanya insting mati di dalam diri manusia, walaupun Freud pada awalnya menolak pernyataan Adler tersebut dengan menyangkalnya habis-habisan, namun pada akhirnya Freud pun mensejajarkan atau tidak menunggalkan insting seksual saja yang ada di dalam diri manusia, namun disandingkan dengan insting mati (Thanatos). Walaupun begitu dia tidak pernah menyinggung asal teori tersebut sebetulnya dikemukakan oleh Adler awal mulanya.
Tahap-tahap dalam teori perkembangn kepribadian Sigmund Freud 
Freud membagi beberapa fase perkembangan kepribadian dalam beberapa fase:
No
Macam-macam fase
Keterangan
1.
Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap
2.
Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet
3.
Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu.
4.
Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
5.
Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini.

   Kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yang berinteraksi secara dinamis. Ketiga elemen itu adalah id,ego,dan super ego.
-   Id adalah subsistem kepribadian yang asli yang dimiliki individu sejak lahir, karna itu biasanya disebut sebagai subsistem kepribadian yang primitif. Freud berpandangan bahwa kerja id adalah atas dasar prinsip kenikmatan (pleasure principles). Tempat id ini pada bagian ketidak sadaran (unconscious) dan secara langsung berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang tanpa disadari.
- Super ego adalah bagian lain dari struktur kepribadian.lawan dari id, yaitu bagian dari struktur kpribadian yang di kembangakan dari kebudayaan, nilai-nilai sosial dan proses pendidikan dari orang tua. Super ego terbentuk karena adanya interaksi dengan lingkungan sosianya. Super ego selalu berada pada tingkat kesadaran (conscious) dan dapat pula berada pada ambang sadar (preconsiousness). Terbentuk sejak anak-anak dan terus berkembang hingga dewasa.
- Ego merupakan bagian dari struktur kepribadian yang juga penting bagi kepribadian manusia. Ego merupakan mediator antara dorongan-dorongan biologis yang dating dari id dengan tuntutan moral dari super ego.prinsip kerja ego adalah realitas. Ego ini mengendalikan tuntutan instinktif dan pertimbangan moral.
             Saat id bekerja, ego mulai berfungsi. Namun tidak semua kebutuhan dan keinginan dari id dapat langsung di penuhi, ada factor super ego yang berfungsi sebagai kode moral selalu mengendalikan dorongan dorongan itu. Egolah yang membuat keputusan terhadap perilaku individu, apakah melakukan sebagaimana dorongan nya atau menolak dorongannya sejalan dengan super egonya atau kompromi-kompromi di antara keduanya. Seseorang yang terlalu lemah atau terlalu kuat egonya di pengaruhi oleh id. Sementara jika terlalu kuat pengaruh superegonya maka akan cenderung menghalang-halangi pemenuhan keinginan-keinginan instinknya. Namun jika egonya sangat kuat, maka akan membuat keputusan yang rasional dan realistic.
            Menurut freud ada tiga macam kecemasan yang mungkin terjadi yang kecemasan neoritik (neurotic anxiety),kecemasan realitas (reality anxiety) dan kecemasan moral (moral anxiety). Kecemasan neoritik yaitu kecemasan individu akibat khawatir tidak mengatasi atau menekan keinginan primitifnya. Kecemasan realitas adalah kecemasan yang terjadi akibat ketakutannya menghadapi realitas dan kecemasan moral adalah kecemasan akibat rasa bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai yang ada pada nalurinya.
      Untuk menghindari kecemasan itu, kemudian individu berusaha menghindarinya. Caranya menggunakan mekanisme pertahanan diri yaitu represi, proyeksi, reaksi formasi, fiksasi, regresi, penolakan, rasionalisasi, salah sasaran dan introjeksi. Simtom-simtom itu dapat berkembang menjadi gangguan bgi individu jika dipertahankan terus menerus. Lemah ego bgi individu sangat berkaitan dengan pembentukan awal. Pembentukan awal yang kurang tepat membuat anak tidak dapat memiliki cara penanganan yang tepat terhadap masaalah yang dihadapi dan dapat berakibat gangguan mental bagi anak.
B.            Erik H. Erikson
Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai Prinsip Epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya.
Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya). Masing-masing tahapan juga memiliki tugas perkembangan sendiri yang bersifat  psikologi sosial. Misalnya saja, pada usia bayi tujuan psikososialnya adalah menumbuhkan harapan dan kepercayaan. Kemudian bila tujuan ini tak tercapai, maka bayi itu akan lebih didominasi sifat penakut
Tahap-tahap dalam teori perkembangn kepribadian Erik-Erikson
Krisis Ego
TahapanErikson
Keterampilan Ego yang diperoleh
Usia
Rasa Percaya Vs tidak percaya
Oral
Harapan
Bayi
Otonomi Vs Rasa malu dan ragu
Anak
Kemauan
Masa kanak-kanak awal
Inisiatif Vs Rasa bersalah
Phalic
Tujuan
Masa kanak-kanak awal – menengah
Produktif Vs Inferioritas 
Latensi
Kompetensi
Masa kanak-kanak menengah akhir
Identitas Vs kebingungan peran
Genital
Kesetiaan
Masa remaja
Keintiman Vs Kesendirian
Tidak Ada 
Cinta
Dewasa muda
Generativitas Vs Stagnansi
Tidak ada 
Perhatian
Dewasa menengah
Integritas Ego Vs Keputusasaan
Tidak ada 
Kebijaksanaan
Dewasa akhir

No.
Krisis Psikologi Sosial
Keterangan
1.
Rasa percaya Vs Rasa tidak percaya
Dalam tahap ini, anak (bayi) berusaha untuk mendapatkan pengasuhan, kehangatan dan ekspresi yang menyenangkan. Jika berhasil Anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa. Jika terdapat gangguan Membuat sang anak mengembangkan rasa tidak percaya dan merasa terabaikan.
2.
Otonomi Vs Rasa malu dan ragu
Dalam tahap ini anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya tetapi orang tua harus menuntun namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Jika berhasil pada tahap ini, akan menghasilkan anak yang dapat mengetahui perbedaaan antara benar dan   salah, dan hampir selalu mau dan mampu untuk memilih yang benar. Kontrol berlebih dari orang tua yang sering memberi hukuman membuat anak mengembangkan perasaan “saya selalu salah, saya selalu tidak baik, saya tidak tau menjadi sukses dan berhasil” dalam dirinya.
3.
Produktif vs Inferioritas
Pada tahap ini, akan belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas-khususnya tugas-tugas akademis.
4.
Identitas vs Kebingungan Peran
Pada tahap ini, remaja bereksperimen dengan berbagai macam peran yang berbeda sambil mencoba mengintegrasikannya dengan identitas yang ia dapatkan dari tahap tahapan sebelumnya. Penyelesaian yang sukses pada tahap ini akan menciptakan anak yang memiliki perasaan akan diri yang jelas dan multifaset-seseorang yang telah berhasil menyatukan banyak peran menjadi ‘identitas” tunggal dirinya. Kebingungan identitas-ketidakpastian mengenai kemampuan, asosiasi, dan tujuan masa depan individu; krisis identitas (identity crisis). Kegagalan penyelesaian krisis ego ini akan menciptakan individu yang terus memili krisis identitas-seseorang yang tidak yakin siapa dirinya dan selalu berusaha keras untuk mencari tahu siapa dirinya.
5.
Keintiman vs Kesendirian
Dalam tahap ini, orang dewasa mudah mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara mendalam. Tujuan: mencari hubungan dengan sesama yang emmiliki banyak kesamaan, khususnya untuk membentuk hubungan asmara dengan pasangan. Ketidak mampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara mendalam.
6.
Generativitas Vs Stagnasi
Pada tahap ini, individu menyerahkan dirinya pada orang lain, Bentuknya membesarkan dan mengasuh anak atau kegiatan sosial. Idenya adalah memberikan sesuatu pada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan pada dirinya. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan.
7.
Integritas Ego Vs Keputusasaan
Pada  tahap usia lanjut ini individu memperoleh kebijaksanaan dari pengalaman-pengalaman hidupnya dan mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna,ketentraman dan integritas.

C.            Gordon W. Allport

Dua ciri teori motivasi dari Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan (intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama – tama adalah makhluk sadar dan rasional, bukan berdasarkan apa yang diharapkannya dapat dicapainya, bukan berdasarkan keinginan primitif atau berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu. Indikator terbaik tentang apa yang akan dilakukan orang sekarang dan masa yang akan datang adalah intensi orang itu. Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun sesudah dewasa terjadi perubahan. Motif yang membimbing tingkah laku dewasa berbeda total dengan motif yang membimbing tingkah laku bayi.

Sturuktur Kepribadian Gordon W . Allport
No.
Macam-macam stuktur
 Keterengan
1.
Sifat (Trait)
Di dalam kepribadian terdapat sifat dasar yakni : (Nyata, Berkembang, Fleksibel, Empirik dan Kemandirian yang relatif). Nah dari 5 sifat dasar ini, terdapat sifat umum dan sifat khusus yang berkembang pada tiap-tipa sifat dasar.
2.
Traits-Habit-Atitud
Dalam struktur ini, dinyatkan bahwa kepribadian dapat dibentuk karena sifat dasar, kebiasaan, sikap dalam menghadapi sesuatu, dan kategori nomotetik.
3.
Trait dan Konsistensi Pribadi
Stuktur ini mengarah pada praktikum stimulus-respon. dia membagi atas 3 trait didalamnya. yaitu (gregorius=suka berteman);(shyness=pemalu) dan (self esteem=kepercayaan diri).
4.
Propium
Propium ini adalah struktur yang membahas tentang perkembangan baik itu dalam emosi, kecakapan individu, kemampuan persepsi dan tujuan hidup seseorang. Perkembangannya sama dengan perkembangan sigmund freud, ia membaginya dalam 5 tahap yaitu Oral, Anal, Phalic, Laten dan Genital.
5.
Motivasi
Kekuatan dari stuktur notivasi dalam pribadi menurut Gordon allport berbeda dengan yang lain, dimana ia mengatakan bahwa yang paling menunjang dala motivasi ialah kemampuan kognitif dan perencanaan hidup. Dari dua hal itu, ia mampu membentuk motivasi dalam dirinya karena ia telah memiliki kemampuan kognitif dan perencanaan.
6.
Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional adalah struktur yang membahas tentang keanekaragaman pribadi. Kenapa ada yang suka membaca? Kenapa ada yang suka Melukis? itulah yang disebut dengan keanekaragaman pribadi yang dibagi dalam dua tingkat otonomi yaitu: Kebiasaan dan Minat. 

Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari keterikatan lingkungan kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang banyak pemain bola, maka kita akan ikut juga untuk bermain   bola, sedangkan Minat adalah stuktur yang terbentuk dari kesadaran akan target yang kita inginkan.


Daftar Pustaka
Feist J. & Feist J. G. Theory of personality Seven Edition. McGraw-Hill
Feist J. & Feist J. G. Psikologi Kepribadian Buku 1. Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar