Total Tayangan Halaman

Jumat, 14 Juni 2013

TUGAS SOFT SKILL KE-3


TUGAS KE-3 SOFTSKILL KESEHATAN MENTAL
STRESS DALAM KEHIDUPAN
WINNY PUSPASARI


Oleh
Shiervira Ratuismana
 (16511745)
2PA06

Fakultas Psikologi
Jurusan Psikologi
Universitas Gunadarma
Jakarta


Pengertian Stress
Stres menurut Hans Selye adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees adalah suatu sindrom biologi atau badaniah. Didalam eksperimennya, seekor tikus percobaan mengalami kedinginan pembedahan atau kerusakan sum-sum tulang belakang, akan memperlihatkan suatu sindroma yang khas. Gejala-gejala itu tidak tergantung pada jenis zat atau ruda yang menimbulkan kerusakan,sindroma ini lebih merupan perwujudan suatu keadaan yang dinamakan stress dengan gejala-gejala sistem bilogik mahluk hidup itu. Selye menekankan bahwa stress terutama mewujudkan diri sebagai suatu reaksi badaniah yan dapat diamati dan diukur. Stres merupakan suatu reaksi penyusuaian diri,suatu sindroma penyusuaian umum terhadap rangsangan yang berbeda-beda.

Faktor-faktor stres, yaitu:
a. Faktor Sosial
Selain peristiwa penting, tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.
Dukungan sosial mencakup:
-          Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi.
-          Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa.
-         Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Saat seseorang menjumpai stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stressor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stressor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stressor itu dan berapa terduganya stressor itu (predictability).
General Adaptation Syndrom (GAS)
Gas adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat di dalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks, GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

Tipe-tipe Stress
Tekanan
Tekanan dapat timbul dari dalam dan luar diri kita, terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri kita yaitu semisal dari lingkungan. Bilamerasa sudah dalam keadaan tertekan kita harus bisa mengutarakannya agar kita bisa terhindar dari keadaan stres tersebut.
Frustasi
Situasi ini timbul karena suatu kejadian hal yang tidak mengenakan,semisal kita sudah berusaha belajar dengan baik dengan harapan mendapatkan reward (nilai) yang baik atau sesuai dengan usaha yang kita lakukan,tapi pada kenyataannya nilai yang kita dapat malah buruk,itu mengakibatkan diri seseorang frustasi,terkadang menjurus ke perasaan putus asa.
Konflik
Situasi ini bisa timbul di karenakan dua belah pihak mempunyai satu tujuan hanya jalannya berbeda,ini mengakibatkan seseorang terjebak dalam sebuah konflik dan pastinya hal ini akan membuat seseorang stress. Karena tidak semua orang bisa menghadapi konflik yang iya terima,terkadang membutuhkan pihak ke 3 untuk menyelesaikan konflik yang mereka alami:

  • Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
  • Konflik mendekat-mendekat: Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
  • Konflik mendekat-menjauh: Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya. Kecemasan ini terjadi karena tingkat panik yang berlebihan dan tak bisa mengontrol paniknya itu,dan dia tidak bisa menghadapi keadaan di sekitarnya.
Stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, baik stress positif atau stress negative sulit untuk bisa dihindari. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghindari stress? Yang dapat dilakukan adalah mengenali respon stress yang dialami, mencari sumber stress (stressor) atau melakukan coping strategies (menangani stress). Dengan melakukan tindakan tersebut, maka akan dapat mengatur stress dengan jauh lebih baik serta menjalani hidup dengan lebih bahagia. Reaksi diri terhadap stress dapat dilihat dari 4 tanda yaitu : fisik, kognitif, emosi dan tingkah laku.
Reaksi stress yang dapat dilihat melalui fisik umumnya adalah :
-          Gagap dalam berbicara (sulit untuk bicara)
-          Detak jantung meningkat
-          Kepala pusing
-          Badan gemetaran
-          Kesulitan bernapas
-          Kelelahan yang berlebihan
-          Kesulitan tidur
Jika secara kognitif reaksi stress yang muncul adalah :
-          berkurangnya konsentrasi
-          mudah lupa
-          munculnya pandangan negative terhadap diri sendiri
-          kreativitas menurun
-          hilangnya control pada diri sendiri
Sedangkan secara emosi, reaksi stress yang muncul adalah :
-          mudah cemas
-          cepat tersingung
-          mudah marah
-          depresi
-          mudah menangis
-          menurunnya rasa percaya diri
-          munculnya pandangan negative pada diri dan orang lain
Dilihat dari tingkah laku,  reaksi stress yang terlihat adalah:
-          tidak sabar
-          menjadi ceroboh
-          menarik diri dari lingkungan sekitar
-          merokok
-          penurunan dan peningkatan nafsu makan
-          pemakaian obat-obat terlarang
-          minum-minuman beralkohol
-          serta munculnya tingkah laku yang agresif seperti mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.
Pada kejiwaan, stress juga dapat mengakibatkan gangguan seperti psikosomatik, yakni gangguan fisik yang disebabkan atau dipengaruhi factor psikologis. Gangguan fisik yang menyangkut unsure psikologi bentuknya dapat berupa: 
-          asma
-          sakit kepala
-          serangan jantung
Gangguan neurotic yaitu suatu gangguan jiwa yang ditandai oleh kecemasan yang dapat dirasakan dan diekspresikan secara langsung atau dapat diubah (dikonversikan), disalahpindahkan, atau diwujudkan pada tubuh.
Gangguan psikosotik, yakni suatu gangguan jiwa yang serius dan menggangu kemampuan berpikir, emosi, berkomunikasi, mengingat kembali, menafsirkan kenyataan dan berperilaku secara wajar.
Dalam hal ini individu sudah kehilangan sense of reality sehingga tidak mampu lagi memenuhi tuntutan hidup yang biasa sehari-hari.

Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Kita mengatasi stres dengan cara mencari penyebab stress itu sendiri (stressor). Setelah tahu penyebabnya, kita harus bisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita, jika perlu, dengan meminta bantuan orang lain.
Introvert

Ekstrovert

Kepribadian introvert lebih suka menyendiri dan tertutup, tidak suka bergaul dengan orang lain.
Kepribadian ekstrovert lebih didominasi oleh unsur obyektif yang mengacu pada dunia luar.
Lebih jelasnya kepribadian ini bisa digambarkan seperti berikut :

·         cenderung depresi
·         rasa takut
·         mudah curiga
·         mudah  tersinggung
·         apatis dalam menjalani hidup
·         mudah terluka perasaannya
·         emosi labil
·         gugup
·         keras kepala
·         kepriabdian kaku
·         suka melamun
·         sulit tidur

Kepribadian ekstrovert dapat digambarkan sebagai berikut :

·         energik
·         perhatian sempit
·         gagap
·         mudah mengalami kecelakaan
·         sering sakit
·         mengembangkan gejal histeria
·         ketakutan yang berlebih (hipokondria)
·         tidak tenang
·         terburu – buru dalam melakukan pekerjaan
·         tidak teliti
·         prestasi kerja yang buruk
·         gagap

Individu dengan kepribadian introvert umumnya memiliki tingkat kecerdasan di atas rata – rata dengan pembendaharaan kata – kata yang realtif banyak dan baik.

Orang ekstrovert cenderung memiliki tingkat intelegensi yang rendah dengan pembendaharaan kata yang kurang, namun memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan kepribadian yang tidak kaku.
Namun sayanganya hubungan interpersonalnya kurang dengan selera humor yang buruk. Kepribadian introvert tidak menyukai lelucon terlebih lelucon yang menjurus ke arah seks.


Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis
a.       Gejala Fisik
Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, napas cepat dan memburu / terengah – engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas , otot tegang.
b.      Gejala Psikis
Keadaan stres dapat membuat orang – orang yang mengalaminya merasa gejala – gejala psikoneurosa, seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah faham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.

Manajemen Stress
Memanajemen stress berarti berusaha mencegah timbulnya stress, meningkatkan ambang stress dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress. Adapun tujuan memanajemeni stress adalah untuk mencegah berkembangnya stress jangka pendek menjadi stress jangka panjang atau stress kronis.
Stress adalah bagian dari kehidupan manusia, yang perlu kita lakukan adalah dapat dipertahankannya stress yang positif konstruktif dan dicegah serta diatasi stress yang kronis, yang bersifat negatif destruktif. Reaksi yang kita lakukan dalam menghadapi stress adalah “flight or fight”, “melarikan diri”. Melarikan diri dari situasi stress secara psikologis adalah melarikan diri dari dunia nyata ke dalam dunia khayal, mencoba melupakan situasi yang penuh stress yang menimbulkan frustasi.

Teknik Penenangan Pikiran
Teknik penenangan pikiran memiliki tujuan untuk mengurangi kegiatan pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk merencana, mengingat, berkhayal, menalar yang secara berkesinambungan kita lakukan dalam keadaan bangun atau dalam keadaan sadar. Jika kita berhasil mengurangi kegiatan pikiran, maka rasa cemas dan khawatir akan berkurang, kesigapan umum untuk beraksi akan berkurang, sehingga pikiran menjadi tenang dan stress pun berkurang. Teknik yang digunakan dalam penenangan pikiran adalah :
1.      Meditasi
Konsentrasi adalah aspek utama dari teknik-teknik meditasi. Dengan konsentrasi kita berusaha mengendalikan kegiatan berpikir, mengendalikan kecenderungan pikiran kita untuk melamun, untuk berpindah dari gagasan satu ke gagasan yang lain. Untuk memudahkan kita ketika berkonsentrasi yang perlu kita lakukan ialah memusatkan pikiran pada satu hal, satu kata, satu ungkapan yang kita ulang terus menerus selama waktu tertentu.
Meditasi menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat yang sama meditator mengendalikan secara penuh penghayatannya dan mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan. Pikiran menjadi tenang, badan berada dalam keseimbangan.
2.      Pelatihan Relaksasi Autogenik
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri. Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran berperasaan tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa yang akan menimbulkan pula penghayatan dari gambaran perasaan yang sama.
Pelatihan relaksasi autogenik berusaha mengaitkan penghayatan yang menenangkan dengan peristiwa yang menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita terkondisi untuk memberikan penghayatan yang tetap menenangkan meskipun menghadapi peristiwa yang sebelumnya menimbulkan ketegangan.
3.      Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen saraf yang mengendalikan aktivitas otot.
Individu diajari untuk secara sadar mampu merelaksasikan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat. Untuk itu perlu dikembangkan kesadaran perasaan pikiran tentang bagaimana rasa relaks adn mempelajari bagaimana perbedaanya jika sedang tegang.
4.      Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik
Teknik penenangan melalui aktivitas fisik bertujuan untuk menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil stress yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman, atau mengubah sistem hormon dan saraf kita ke dalam sikap mempertahankan. Manfaat lain dari teknik penenangan fisik adalah untuk menurunkan reaktivitas kita terhadap stress di masa depan dengan cara mengondisikan relaksasi.
Aktivitas fisik memiliki sifat preventif (penghindaran). Selama melakukan aktivitas fisik seluruh sistem badan dirangsang untuk beraksi, bergerak. Setelah kegiatan, sistem-sistemnya memantul dengan cara makin melambat, dengan demikian mendorong ke relaksasi dan ketenangan.

Pengalaman Stress Negatif dan Positif
Ketika hubungan dengan teman-teman saya merenggang, ada berbagai perasaan-perasaan yang tidak mengenakan terjadi. Banyak hal-hal negatif yang mengelilingi saya, dan membuat saya menjadi drop dan merasa dikucilkan sehingga menyebabkan stres berkepanjangan. Selama saya dalam keadaan seperti itu, saya menjadi sulit untuk berkonsentrasi, tidak bisa berfikir dengan baik dan cenderung diam serta menghindar. Namun ketika saya mencoba untuk berintrospeksi diri kepada diri saya, saya bertanya pada diri saya sendiri “apa saya akan terus dalam keadaan seperti ini?” lalu perlahan tapi pasti, saya mencoba mencari jalan keluar terbaik dan memikirkan apa yang harus saya lakukan untuk kedepannya.
Ketika saya sedang dalam masa instrospeksi diri untuk menghindari stres berkepanjangan, akhirnya saya dapat menemukan solusinya. Dengan cara, tidak berfikir egois dan percaya akan diri sendiri. Saya bisa menyembuhkan stres yang saya alami saat mendapatkan masalah tersebut dan saya menjadi pribadi yang terbuka dibandingkan yang dulu yang selalu menutup diri. Adakalanya stres negatif ada baiknya dalam kehidupan kita, karena dengan adanya stres negatif kita jadi tahu jika stres positif dapat memberikan solusi ataupun jalan keluar akan masalah yang manusia hadapi.